Headline

Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.

Palestina Siap Berdialog dengan Pemimpin Terpilih Israel

Haufan Hasyim Salengke
19/9/2019 09:22
Palestina Siap Berdialog dengan Pemimpin Terpilih Israel
Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina, Riyad al-Maliki(AFP)

PALESTINA siap melakukan dialog dengan calon pemimpin Israel. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina, Riyad al-Maliki, Rabu (18/9), di Oslo, Norwegia, sehari setelah pemilihan umum di Israel berakhir dengan jalan buntu.

"Siapa pun yang dapat membentuk pemerintahan, kami siap untuk duduk dengannya untuk memulai kembali perundingan," kata al-Maliki.

Al-Maliki menemani Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dalam kunjungan dua hari di Oslo.

Lawatan mereka  menjelang pertemuan Komite Penghubung Ad Hoc para donor untuk Palestina, yang dipimpin Norwegia, di New York, minggu depan.

Kebuntuan politik di Israel meningkatkan prospek negosiasi yang sulit untuk membangun pemerintah persatuan. Kondisi ini bisa menjadi akhir dari pemerintahan panjang Netanyahu, meskipun jalan pesaingnya, Benny Gantz, ke pucuk kekuasaan juga akan menemui kesulitan.

Kantor Netanyahu mengatakan dia terpaksa membatalkan perjalanan yang direncanakan minggu depan untuk menghadiri Majelis Umum PBB karena keadaan politik saat ini.

Al-Maliki menegaskan kembali desakan Otoritas Palestina pada solusi dua negara untuk perdamaian, setelah kampanye Netanyahu berjanji untuk memperluas kedaulatan Israel ke Lembah Yordania di Tepi Barat. Janji kampanye Netanyahu itu menuai kecaman yang meluas secara internasional. Banyak negara menyarankan itu akan membunuh harapan untuk kemunculan negara Palestina.

baca juga: Pebisnis Keluhkan Dampak Unjuk Rasa

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan rencana aneksasi Lembah Yordania akan melanggar hukum internasional.

"Langkah-langkah seperti itu, jika dilaksanakan akan menghancurkan potensi menghidupkan kembali negosiasi dan perdamaian regional. Bila dilaksanakan sangat merusak kelangsungan hidup kedua negara." (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya