Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Selandia Baru Gelar Doa Bersama Pada Jumat Depan

Tesa Oktiana Surbakti
24/3/2019 19:20
Selandia Baru Gelar Doa Bersama Pada Jumat Depan
(AFP)

SELANDIA Baru akan mengadakan doa bersama nasional untuk mengenang para korban serangan teror Christchurch pada 29 Maret. Negeri Kiwi tengah berduka atas tragedi yang mengejutkan seluruh penjuru dunia.

Perhelatan tersebut akan digelar di wilayah Christchurch pada pukul 10 pagi waktu setempat. Dua pekan setelah supremasi kulit putih warga Australia menembaki umat Muslim yang menjalankan ibadah salat Jumat. Sebanyak 50 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan di dua masjid.

Baca juga: Pemilu Perdana Thailand Sejak Kudeta Militer

"Layanan doa nasional memberikan kesempatan warga Cantabria (penduduk daerah Christchurch), warga Selandia Baru dan masyarakat global untuk berkumpul bersama. Ini menjadi penghormatan bagi para korban serangan teroris," ujar Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, Jacinda Ardern.

Brenton Tarrant, pria berusia 28 tahun yang didorong keyakinan ekstremis kulit putih bahwa Muslim menyerang negara-negara Barat, berhasil ditangkap beberapa menit pasca penyerangan. Dia telah didakwa kasus pembunuhan. Aksi serangan mematikan itu sangat mengguncang Selandia Baru, negara dengan populasi 4,5 juta orang yang relatif tenang.

"Sepekan sejak serangan teror yang belum pernah terjadi sebelumnya, kami masih diliputi kesedihan. Namun, banyak cinta di negara kami. Layanan doa bersama akan menjadi kesempatan sekali lagi untuk menunjukkan Selandia Baru penuh kasih dan mencintai keberagaman. Kami menunjung nilai-nilai itu," imbuh Ardern.

Gelaran doa bersama diadakan di Hagley Park Christchurch, yang berlokasi di seberang Masjid Al Noor, target sasaran teror pada 15 Maret. Sebagian besar korban ditembak mati di Masjid Al Noor, sebelum akhirnya Tarrant membunuh tujuh korban lainnya di Masjid Linwood yang berjarak beberapa kilometer.

Petugas kepolisian setempat mengamankan masjid untuk proses penyelidikan dan alasan keamanan. Umat Muslim dipersilahkan menggunakan Masjid Al Noor kembali tak lama setelah itu. Pada Minggu lalu, Masjid Linwood kembali dibuka setelah melalui tahap pembersihan dan perbaikan. Dalam pembukaan masjid, imigran asal Afghanistan Abdul Aziz, turut hadir. Dia mendapat pujian karena berupaya mengusir Tarrant dari masjid, demi mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.

"Ketika saya melewati pintu (masjid), saya merasakan tekanan besar di kepala saya. Itu membawa semua kenangan kembali. Bagaimanapun kita harus bangkit. Butuh waktu untuk pulih, tetapi kita harus kuat," ujar Aziz, salah satu jemaat yang selamat.

Baca juga: Raja Vajiralongkorn Serukan Pemilu Thailand yang Damai

Selandia Baru larut dalam keheningan pada Jum'at lalu, untuk memperingati satu pekan sejak serangan mematikan. Suara adzan dari Hagley Park disiarkan di seluruh negara yang diikuti dengan mengheningkan cipta selama dunia menit. Pada momentum itu, warga yang tidak memeluk agama Muslim, turut menunjukkan simpati. Seperti, perempuan non-Muslim yang mengenakan jilbab sebagai bentuk solidaritas.

Pemerintahan Ardern bergerak cepat untuk melarang kepemilikan senjata gaya militer di negaranya. Pemakaman seluruh korban serangan dilakukan bertahap dalam sepekan terakhir. Bagi keluarga korban yang ingin pindah dari Selandia Baru, Ardern berjanji menanggung seluruh biaya. Sumbangan publik yang mengalir ke keluarga korban mencapai US$ 7,4 juta per Minggu waktu setempat. Hal itu dilaporkan situs penggalangan dana GiveaLittle.co.nz dan LaunchGood.com. (AFP/OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya