Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PEMIMPIN oposisi Venezuela, Juan Guaido, bertekad merebut posisi Nicolas Maduro di istana kepresidenan secepat mungkin. Apalagi, gelombang protes terhadap kepemimpinan Maduro terus meluas.
"Kami membutuhkan sebuah kantor untuk bekerja secepat mungkin. Ketika angkatan bersenjata sepenuhnya berada di pihak kami, itu menjadi jalan menuju kantor kepresidenan Miraflores," seru Guaido kepada para pendukungnya yang disambut teriakan, "Ya, tentu kamu bisa!".
Sejumlah demonstran membunyikan klakson mobil, penanda aksi protes di lapangan wilayah timur Caracas. Banyak demonstran membawa spanduk besar yang menuntut kemunduran Maduro.
"Situasinya sangat sulit. Kami berharap pemerintah segera berubah. Kami sudah muak dengan kekacauan ini!," tutur seorang demonstran, Miguel Gonzales.
"Dengan keberanian dan kekuatan, saya meminta Anda untuk mempercayai diri sendiri, bahwa Venezuela akan bangkit dari kegelapan. Akhir perebutan kekuasaan sudah semakin dekat," lanjut Guaido berapi-api.
Setelah mendeklarasikan dirinya sebagai presiden interim, Guaido mendapat dukungan lebih dari 50 negara.
Jaksa penuntut Venezuela, Tarek William Saab, mengatakan pihaknya tengah menyelidiki Guaido terkait dugaan keterlibatan sabotase jaringan listrik di negara tersebut. Ini merupakan langkah pertama pemerintah terhadap Guaido yang meraih dukungan dari Amerika Serikat (AS) sejak kembali ke Venezuela pekan lalu. Padahal, otoritas Venezuela mengeluarkan larangan perjalanan terhadap Guaido yang mengunjungi beberapa pemimpin sekutu Amerika Selatan.
Baca juga: Guaido Serukan Pawai untuk Tekan Maduro
Pemerintahan Maduro menuding pemadaman listrik di Venezuela selama berhari-hari, merupakan sabotase yang diprakarsai AS. Dia lantas meminta dukungan dari negara-negara sekutu, termasuk Rusia dan Tiongkok, untuk menyelidiki serangan siber AS yang diyakini bertanggung jawab atas pemadaman listrik. Kendati demikian, kalangan kritikus menyalahkan pemerintahan Maduro yang tidak mampu mengelola jaringan listrik negara.
Guaido tampaknya memanfaatkan kemarahan publik terhadap pemadaman listrik massal, yang menambah kesengsaraan warga Venezuela setelah menderita krisis ekonomi dan kekurangan suplai kebutuhan pokok selama bertahun-tahun. Pemimpin muda itu menuding kemenangan Maduro dalam pemilihan umum (pemilu) Mei lalu diwarnai dengan kecurangan.
Melalui utusan khusus Elliott Abrams, AS menyatakan posisinya untuk segera menjatuhkan sanksi tambahan terhadap lembaga yang berbisnis dengan kepemimpinan Maduro. Washington sudah menargetkan daftar sejumlah individu dan perusahaan yang memiliki relasi dengan pemerintahan Maduro, terasuk perusahaan minyak negara PDVSA.
Atas desakan Guaido, Majelis Nasional yang didominasi oposisi mendeklarasikan keadaan darurat pada Senin (11/3) waktu setempat. Langkah itu membuka jalan bagi pengiriman bantuan internasional, yang tertahan selama sebulan di wilayah perbatasan Venezuela dengan Kolombia dan Brasil.
Pemadaman listrik menyebabkan jutaan warga Venezuela hidup tanpa air mengalir. Banyak orang mengantre untuk membeli air dalam botol di beberapa pertokoan Caracas. Sebagian besar terpaksa mengambil air dari sejumlah taman publik, maupun sumber air yang tersedia di sekitar Caracas.(AFP/OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved