Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
AKTIVITAS pabrik di Tiongkok melambat pada September ini. Data resmi kemarin menunjukkan perlambatan itu terjadi di tengah perang dagang antara raksasa Asia itu dan Amerika Serikat yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
Indeks Manajer Pembelian (PMI), yang merupakan alat ukur utama kondisi pabrik menunjuk pada 50,8 untuk bulan ini. Angka itu turun dari 51,3 pada Agustus. Ini menurut data Biro Statistik Nasional.
Angka itu lebih rendah daripada perkiraan para ekonom yang disurvei Bloomberg News, yakni pada angka 51,2. Meskipun menunjukkan perlambatan, angka itu masih di atas 50 poin.
Indeks manufaktur yang dihitung secara terpisah oleh kelompok media Caixin, juga menunjukkan perlambatan.
"Ekspor semakin menyeret kinerja dan terus melemahnya permintaan mulai berdampak pada produksi perusahaan," kata analis Caixin, Zhengsheng Zhong. "Selain itu, situasi kerja semakin memburuk. Tekanan ke bawah pada ekonomi Tiongkok signifikan."
Presiden AS Donald Trump pekan lalu memberlakukan tarif lebih dari US$200 miliar untuk barang-barang dari Tiongkok dan berjanji akan terus menekan Beijing.
Tekanan terakhir terhadap Tiongkok membuat jumlah barang yang dipukul tarif menjadi lebih dari US$250 miliar atau kira-kira setengah dari ekspor Tiongkok ke AS.
Akan tetapi, kondisi lebih baik dapat ditemukan di luar aktivitas pabrik-pabrik Tiongkok. Aktivitas resmi nonmanufaktur membaik menjadi 54,9 pada September dari 54,2 pada Agustus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved