Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Operator Pelabuhan Menjerit akibat Perang Dagang

AFP/Tes/I-3
23/9/2018 22:30
Operator Pelabuhan Menjerit akibat Perang Dagang
(AFP/Brendan Smialowski)

TENSI perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang tak kunjung reda, membuat operator pelabuhan khawatir. Serangan tarif yang saling dilemparkan kedua negara, diyakini berdampak negatif terhadap aktivitas pengiriman, sekaligus mengurangi pendapatan pelabuhan.

Kepala Asosiasi Otoritas Pelabuhan AS Kurt Nagle mengatakan pengenaan tarif terhadap komoditas impor asal Tiongkok maupun tarif retaliasi terhadap AS, telah mengurangi 10% aktivitas perdagangan di seluruh pelabuhan negara adidaya itu.

Fenomena perang dagang, lanjut dia, memiliki efek beragam pada iklim bisnis kepelabuhanan. "Sebagian pengusaha pelabuhan merasakan penurunan tajam dalam (pengiriman) beberapa produk, meskipun sektor lain melihat adanya kenaikan aktivitas sebagai dampak putaran tarif baru," ujar Nagle.

Sebagai informasi, perekonomian 'Negeri Paman Sam' turut ditopang aktivitas kepelabuhanan. Sebanyak 100 pelabuhan mengelola pergerakan arus masuk dan keluar barang yang menjadi titik embarkasi kapal sebelum melintasi Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik, Teluk Meksiko berikut Great Lakes.

Pada semester I 2018, Pelabuhan New Orleans mencatat penurunan volume baja impor sebesar 350 ribu ton ketimbang periode serupa di 2017. Penurunan itu tidak lepas dari kebijakan Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor baja terhadap sejumlah negara mitra dagang, yakni Tiongkok, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko.

Sepanjang musim semi, Washington mengenakan tarif impor baja sebesar 25%. Kondisi tersebut memukul kinerja pelabuhan karena baja merupakan komoditas unggulan yang banyak diperdagangkan di wilayah penghasil minyak.

"Penurunan ini mengurangi potensi pendapatan sekitar US$3-5 juta. Jelas itu angka yang sangat besar," tutur Wakil Presiden Pelabuhan New Orleans Robert Landry.

Tidak sampai di situ, volume impor aluminium periode semester I 2018 pun mengalami penurunan. Tepatnya pasca-AS memberlakukan tarif impor baja sebesar 10%, sebagai strategi kebijakan proteksionisme.

Di sisi lain, tarif balasan Tiongkok terhadap komoditas unggas AS, turut berdampak pada arus ekspor dari pelabuhan tersebut. Tiongkok langsung mengeluarkan tarif balasan atas komoditas impor asal AS senilai US$60 miliar.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya