Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
SETELAH sempat mengalami depresiasi cukup dalam, nilai tukar Lira Turki perlahan naik tipis. Kondisi tersebut sejalan dengan penguatan sejumlah mata uang negara berkembang di Asia. Kinerja indeks bursa saham Asia pun ikut membaik.
Investor secara perlahan juga kembali lagi ke perdagangan meski tetap mencermati perkembangan krisis ekonomi di Ankara. Mengingat, kurs Lira belum lama ini terjun bebas pada rekor terendah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) dan Euro Eropa. Sentimen krisis ekonomi Turki berdampak luas hingga ke ranah global, termasuk bursa saham Asia yang terguncang.
Pada perdagangan Rabu (14/8), kurs Lira terpantau menguat pada level 6,60 per Dolar AS dan naik tipis sebesar 7,49 terhadap Euro. Pergerakan nilai tukar Lira setidaknya relatif membaik.
Sebelumnya pada perdagangan Senin (12/8), kurs Lira tercatat 7,24 terhadap Dolar AS dan 8,12 terhadap Euro. Kekhawatiran atas krisis ekonomi Turki yang berpotensi menular ke pasar global termasuk negara berkembang, memicu aksi jual di bursa saham Eropa dan New York, hingga pengalihan aset ke safe haven.
Pemulihan kurs global turut menyasar nilai tukar Rubel Rusia yang naik 1,7% terhadap Dolar AS, setelah kehilangan 2%. Adapun Rand Afrika Selatan mengalami kenaikan 2,2% dari dolar AS di mana sebelumnya anjlok hingga 7%. Selanjutnya nilai tukar Peso Meksiko dan Won Korea Selatan terhadap Dolar AS masing-masing naik 1,8% dan 0,5%.
Namun, penguatan kurs tidak terjadi pada Rupee India yang terpuruk pada titik terendah, yakni 70 terhadap Dolar AS. Kondisi tersebut dipengaruhi pelebaran defisit transaksi berjalan (CAD) dan kenaikan inflasi.
"Investor sangat khawatir terhadap pergerakan rupee India dan berharap kurs kembali stabil di level 69 terhadap dolar AS. Posisi itu cukup menggambarkan ekonomi India yang kuat. Bank Sentral India sebenarnya sudah mengambil langkah serius dengan menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali sepanjang tahun ini demi menstabilkan kurs," kata Chief Excecutive of The Association of Mutual Funds India NV Venkatesh, Selasa (14/8).
Kondisi perekonomian Turki yang kian goyah dipicu serangkaian persoalan yang bersumber dari dinamika global. Di antaranya sikap Bank Sentral Turki yang semula enggan menggubris seruan kenaikan suku bunga acuan dalam merespon pelemahan ekonomi global. Pun, ketegangan hubungan dengan AS yang berujung pada guliran sanksi, turut berdampak memperburuk krisis ekonomi Turki. (AFP/OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved