Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
PARSONO, 43, warga Desa Kanding, Kecamatan Somagede, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), mengaku kaget ketika anggota Paguyuban Sambung Roso Jawa-Suriname, Arie Grobbee, datang ke rumahnya, beberapa hari lalu. Arie yang keturunan Belanda dan kini bermukim di Desa Karangbanjar, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, membawa dua foto. Satu ialah foto Raymond Sapoen dan satu lagi Sapoen.
Raymond Sapoen ialah Menteri Perdagangan dan Perindustrian Suriname, sebuah negara bekas jajahan Belanda di Amerika Selatan, sedangkan Sapoen ialah warga Desa Kanding yang menjadi pekerja di Suriname pada zaman penjajahan Belanda.
Begitu mendapatkan informasi yang menyebut Raymond Sapoen keturunan Desa Kanding, Arie menelusurinya. "Saya ikut dalam Paguyuban Sambung Roso Jawa-Suriname, jadi ketika ada keturunan Jawa yang menjagokan diri menjadi calon presiden di Suriname, saya cari datanya. Kebetulan ada teman di Belanda memberikan data," kata Arie saat ditemui Media Indonesia di Purbalingga, kemarin.
Dari data kearsipan pemerintah Belanda, Arie menemukan bahwa Sapoen berasal dari Kanding, Banyumas. Dalam catatan itu disebut ia lahir pada 1903 dan berangkat dari Batavia pada 1928 lantas tiba di Paramaribo, Suriname.
"Saya juga mendapat foto Sapoen sewaktu muda. Ternyata Sapoen itu mirip sekali dengan Raymond Sapoen yang kini mengajukan diri jadi capres Suriname," jelas Arie sambil memperlihatkan foto Sapoen dan Raymond Sapoen.
Penelusuran
Arie memang tidak langsung menyimpulkan sang menteri di Suriname itu keturunan warga Banyumas, sebab, kata Arie, dia hanya melakukan penelusuran silsilah. "Saya penasaran jadi langsung ke Desa Kanding. Dalam penelusuran, saya terkejut ternyata memang ada warga setempat yang bernama Sapoen. Dari beberapa keterangan warga yang sudah tua, Sapoen pergi dari desa dan tidak pernah kembali," ujar Arie.
Dia juga menemui sejumlah warga yang masih berkerabat dengan Sapoen yang disebut 'menghilang' dari desa tersebut. "Begitu bertemu kerabatnya, kembali saya kaget, karena wajahnya mirip dengan Sapoen dan Raymond Sapoen. Salah satunya Parsono," katanya.
Parsono sendiri pun terkejut begitu melihat foto Sapoen dan Raymond Sapoen yang mirip dirinya. Namun, dia justru tidak ingin hal itu dibesar-besarkan. "Saya takut dikira saya mengaku-aku sebagai kerabatnya Pak Raymond. Saya ini orang desa. Saya ingin titip pesan bahwa saya tidak mengaku-aku. Tetapi memang, dulu ada kerabat kakek saya yang bernama Sapoen dan pergi dari desa lalu tidak kembali," ujarnya.
Warga lain, Radam, 83, mengaku ingat dengan wajah Sapoen.Saat foto Sapoen muda diperlihatkan, Radam menyatakan dalam bahasa Jawa Banyumasan, "Saya yakin ini Sapoen. Saya masih ingat."
Meski begitu, Kepala Desa Kanding Awal Nurhandoko menyatakan, "Sapoen kan berangkat pada 1928, sedangkan Mbah Radam lahir 1932. Mungkin sekali tahun kelahiran Mbah Radam bukan 1932, jadi ia masih mengenali Sapoen, sebab banyak orang desa tidak tahu persis tahun kelahiran mereka."
Pihak desa, lanjutnya, memang tidak memiliki data warga yang berangkat ke Suriname semasa penjajahan Belanda. "Dari penuturan orang-orang tua di sini, banyak warga Kanding yang pergi. Mereka tidak tahu ke mana, hanya tahu warga pergi bekerja di perkebunan Belanda, entah di mana," ujar Nurhandoko. (I-1)
KETIKA para pejuang Kurdi berkumpul mengitari api di kota pegunungan yang dingin dan lembap di Irak barat setelah kelelahan karena memerangi kelompok Islamic State
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved