Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
TAHUN ini menjadi tahun paling berat bagi Kanselir Jerman Angela Merkel. Perempuan yang dijuluki 'Ratu Eropa' itu menghadapi krisis paling dalam yang nyaris mengakhiri pemerintahannya. Namun, setelah melalui perjuangan paling alot sepanjang sejarah Jerman pascaperang, dia mampu mempertahankan koalisinya.
Keberhasilan itu bisa membuka jalan baginya untuk kembali memimpin pemerintahan Jerman satu periode lagi. Jika itu terjadi, pemilik nama lengkap Angela Dorothea Kasner itu bakal menyamai mentornya, kanselir reunifikasi Jerman, Helmut Kohl.
Namun, banyak pengamat menyangsikannya. Mereka menilai makin banyak pemilih mulai resah dan kekuasaan Merkel dinilai telah memasuki masa senja.
Ini terjadi sebagai harga yang harus dibayar perempuan 63 tahun itu lantaran kebijakannya yang membuka perbatasan 'Negeri Bavaria' itu bagi pengungsi. Akibatnya, lebih dari satu juta pencari suaka menyerbu negeri itu sejak 2015.
Di satu sisi, aksi kemanusiaan tersebut membuat putri seorang pastor itu menjadi sosok pahlawan liberal. Namun, di sisi lain, hal itu memicu reaksi balik ketidaksukaan pada orang asing yang lantas dimanfaatkan partai ultrakanan alternatif untuk Jerman (AfD) untuk menaikkan popularitas mereka. Partai berhaluan ultrakanan itu terang-terangan meneriakkan, "Merkel harus Enyah!"
Naiknya popularitas membuat kelompok ekstremis itu untuk pertama kalinya berhasil memasuki Bundestag, parlemen Jerman, September tahun lalu. Di saat yang sama, partai Merkel, Kristen Demokrat, mengalami hasil paling buruk sejak 1949.
Dengan hasil buruk itu, kanselir termuda dan perempuan pertama Jerman itu masih menjadi sosok paling populer di partainya. Tidak satu pun anggota Partai Kristen Demokrat berani menantang terang-terangan untuk menggantikannya.
Kendati demikian, analis politik Oskar Niedermayer menyatakan. "Angela Merkel telah melewati titik puncaknya."
Sepanjang masa kekuasaannya, pemimpin yang dibesarkan di era 'Tirai Besi', julukan bagi negara Jerman Timur (negara komunis yang kini telah runtuh), telah menghadapi sejumlah badai krisis.
Dia dijuluki ratu tahan banting. Dia berkeras mempertahankan ekonomi zona Eropa yang diterpa badai krisis dan bahkan membuatnya disebut sebagai Nazi.
Masa sulit lainnya yang dihadapi ialah perseteruan dengan Presiden AS Donald Trump, Brexit, dan krisis global. Kemampuannya bertahan membuatnya dijuluki sebagai pembela demokrasi liberal.
Merkel yang pragmatis, sederhana, dan lembut dipandang memiliki seni mempertahankan kekuasaan yang sempurna. (AFP/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved