Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
SEBELUM fajar, pembeli bersepatu karet memeriksa kualitas tuna raksasa segar dan beku dengan memeriksa ujung ekor yang terpotong rapi dengan senter dan menggosok irisan di antara jari mereka. Pada pukul 05.30, juru lelang membunyikan bel sebagai tanda dimulainya pelelangan dan pembeli memulai serangkaian penawaran dengan sinyal tangan untuk nada pilihan mereka. Pasar ikan yang bersejarah di Jepang, Tsukiji, menggelar pelelangan Tahun Baru terakhir pada Jumat (5/1) sebelum relokasi. Penawaran tertinggi dalam pelelangan itu ialah 36,5 juta yen atau sekitar Rp4,3 miliar untuk ikan tuna sirip biru raksasa.
Ikan seberat 400 kilogram itu tertangkap di utara Prefektur Aomori. "Ini adalah perasaan terbaik," kata kepala koki Restoran Sushi di distrik perbelanjaan Ginza, Akifumi Sakagami, yang memenangi tuna tersebut. "Kami ingin mendapatkan tuna nomor satu pada pelelangan pertama tahun ini di Tsukiji karena ini merupakan lelang Tahun Baru yang terakhir," katanya. Ia menyatakan mendapat anggaran 100 juta yen atau sekitar Rp11,9 miliar. Pasar yang dibuka sejak 1935 dan terkenal karena pelelangan tunanya itu menjadi tempat semua koki sushi yang berasal dari restoran berbintang Michelin hingga toko pangan biasa bersaing.
Setelah lebih dari 80 tahun beroperasi, pasar ikan terbesar di dunia yang menjadi daya tarik wisata itu akan pindah ke Toyosu, wilayah bekas pabrik gas yang agak jauh ke timur, pada 11 Oktober mendatang. "Tsukiji adalah pasar ikan nomor satu di dunia, berada di lokasi yang sangat strategis, sangat menyedihkan karena akan ditutup," ungkap Sakagami. Pasar Tsukiji menangani 480 jenis makanan laut senilai US$14 juta setiap hari bersama 270 jenis buah dan sayuran serta memberi makan yang 'kelaparan' makanan laut segar sejak pembukaan.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, bangunan tua menjadi kekhawatiran pemerintah Jepang terutama tentang ketahanan dari gempa, juga sanitasi dan bahaya kebakaran serta keberadaan asbes dan dinding yang hancur. Mereka pun meminta peningkatan teknologi, seperti sistem pendinginan yang lebih baik. Langkah relokasi telah direncanakan sejak 2016, tapi mendapat tentangan keras dari berbagai bisnis yang beroperasi di atau sekitar pasar.
Banyak bisnis secara emosional melekat pada merek Tsukiji yang lokasi barunya memiliki masalah dengan kontaminasi tanah karena pembangunan pabrik dry cleaning sebelum pasar dibangun. Namun, pemerintah daerah telah membayar ratusan juta dolar untuk membersihkan fasilitas baru itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved