Manafort Gugat Jaksa Khusus Amerika

MANTAN kepala kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Paul Manafort, menggugat jaksa khusus Robert Mueller dan Departemen Kehakiman, Rabu (3/1), karena diduga melampaui mandat mereka. Langkah itu dipandang sebagai perlawanan terhadap penyelidikan keterlibatan Rusia dalam kampanye Trump. Dua bulan setelah penangkapannya karena penghindaran pajak dan pencucian uang, Manafort melayangkan gugatan bahwa Departemen Kehakiman dan Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein telah memberikan otoritas luas kepada Mueller dalam penyelidikan kemungkinan kolusi antara tim kampanye Trump dan Rusia dalam Pilpres AS 2016.

Dia juga menuduh Mueller menyimpang dari fokus pada dugaan kolusi dalam upaya mengungkap tuduhan terhadap Manafort terkait pekerjaannya untuk mantan Pemimpin Ukraina Viktor Yanukovych, beberapa tahun sebelum kampanye pemilu AS. “Hubungan Manafort dengan Yanukovych yang didukung Rusia, sebelum 2014, tidak memiliki hubungan apa pun dengan Pilpres 2016 atau bahkan dengan Donald Trump,” kata gugatan tersebut. Seorang konsultan politik Washing­ton kawakan, Manafort direkrut untuk memimpin kampanye Trump pada Juni 2016. Namun, ia mundur dua bulan kemudian setelah tuduhan muncul dari Kiev bahwa dia telah dibayar lebih dari US$12 juta oleh partai Yanukovych.

Pada 30 Oktober, dia dan mantan ajudannya, Rick Gates, dikenai 12 tuduhan konspirasi pencucian uang, penggelapan pajak, dan kejahatan lainnya yang terkait dengan uang yang mereka dapatkan sebagai penasihat untuk Yanukovych. Mueller, mantan Direktur FBI, ditunjuk Rosenstein untuk memimpin penyelidikan independen mengenai kemungkinan adanya hubungan antara aktivitas Rusia dan kampanye Trump pada Mei lalu.

Perintah penyelidikan itu memberinya wewenang untuk memeriksa ‘segala hal yang timbul atau mungkin timbul dari penyelidikan’ terhadap kemungkinan kolusi. Jika tuntutan Manafort dikuatkan, hal itu dapat menghambat kemampuan Mueller untuk memeriksa, misalnya, keuangan Trump, termasuk kesepakatan bisnis dengan investor properti Rusia, yang menyita perhatiannya. (AFP/Hym/I-2)