Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Masa Depan BRICS Merapuh

(AFP/Arv/X-11)
04/9/2017 04:15
Masa Depan BRICS Merapuh
(AFP/Mark Schiefelbein)

PRESIDEN Tiongkok Xi Jinping, Minggu (3/9), membenarkan tengah terjadi keraguan tentang masa depan koalisi BRICS. Namun, ia meminta para anggota koalisi untuk tetap bersatu. "Sejumlah pihak, setelah melihat kemunduran pertumbuhan ekonomi dari negara-negara berkembang, menilai negara-negara anggota BRICS telah kehilangan semangat. Tapi saya yakin bahwa koalisi ini tetap akan penuh percaya diri," ujar Xi dalam pidatonya di Kota Xiamen. Xi akan memimpin pertemuan puncak tahunan BRICS di Xiamen, Tiongkok, hari ini.
Pertemuan itu sendiri dibayang-bayangi masalah Korea Utara yang baru saja meledakkan bom hidrogen. Direncanakan, Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin turut mendiskusikan masalah Pyongyang.

BRICS beranggotakan Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Koalisi itu dibentuk agar negara dengan perekonomian yang mulai berkembang dan penduduknya mencakup lebih dari 40% warga dunia, dapat bekerja sama menghadapi sistem perdagangan atau keuangan yang didikte negara Barat. Meskipun perekonomian Tiongkok maju pesat dan diikuti India, tiga negara lainnya tengah kepayahan akibat menurunnya nilai komoditas ekspor mereka. Pemimpin Brasil serta Afrika Selatan juga tengah dirundung gejolak politik di dalam negeri mereka.

Di sisi lain, India dan Tiongkok baru saja lepas dari konflik terkait dengan sengketa perbatasan di kawasan Himalaya. Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi berharap India mampu belajar dari konflik tersebut dan tidak lagi melakukan hal serupa. Sementara itu, Xi, dalam pidatonya, menekankan perlunya para anggota BRICS menunjukkan rasa saling menghormati dan 'menghindari konflik'. Namun, Xi tidak menyinggung masalah sengketa perbatasan negaranya dengan India. Para analis melihat blok tersebut tidak menunjukkan perkembangan yang berarti.

BRICS sejak dulu dinilai memiliki banyak kelemahan karena anggota-anggota berasal dari wilayah berjauhan serta menganut sistem ekonomi dan politik yang sangat berseberangan. "Susah untuk melihat kesamaan di dalam blok tersebut. Mereka melakukan hal berbeda-beda, mulai sistem ekonomi maupun perdagangan dan keuangannya," tutur Christopher Balding, profesor ekonomi dari Universitas Peking. Sedikit dari kesuksesan BRICS ialah berdirinya Bank Pembangunan Baru di Shanghai pada tahun lalu. Namun, para ekonom ragu bank tersebut akan mampu mewujudkan cita-cita sebagai Bank Dunia versi negara-negara berkembang.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya