Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Protes Rezim,Surat Kabar Tutup

Haufan Hasyim Salengke
04/9/2017 03:45
Protes Rezim,Surat Kabar Tutup
(AFP PHOTO / TANG CHHIN SOTHY)

HARIAN Cambodia Daily, salah satu dari sedikit surat kabar independen Kamboja yang tersisa, mengumumkan penghentian operasi sebagai protes atas penangkapan pemimpin oposisi negara Asia Tenggara itu.

Penangkapan Kem Sokha, Ketua Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP), merupakan tindakan terbaru dalam serangkaian pukulan terhadap pihak yang mengkritik Perdana Menteri Hun Sen. Cambodia Daily, yang kerap mengkritik pemerintah, kemarin, mengatakan edisi hari ini akan menjadi yang terakhir setelah ditampar dengan tagihan pajak jutaan dolar AS yang menurut penerbit bermotif politik. Pengumuman itu disampaikan setelah Kem Sokha ditangkap sesaat selepas tengah malam dengan tuduhan pengkhianatan.

Dalam sebuah pernyataan, Cambodia Daily mengatakan telah 'dihancurkan' pemerintah. "Ini hari yang gelap untuk kebebasan pers di Kamboja," kata editor Jodie DeJonge. Surat kabar itu dididirikan 24 tahun yang lalu oleh wartawan veteran Amerika Serikat, Bernard Krisher, yang baru-baru ini menjualnya kepada putrinya, Deborah Krisher-Steele. Harian itu terbit dalam bahasa Inggris, tetapi memuat beberapa artikel dalam bahasa Khmer. Bulan lalu Departemen Pajak Kamboja mengatakan surat kabar itu memiliki tunggakan pajak US$6,3 juta.
Hun Sen menuduh sang pemilik sebagai 'para pencuri'.

Namun, pemilik mengatakan angka itu dibuat 'sewenang-wenang' dan tidak didasarkan pada audit terhadap hariannya. Sementara itu, manajemen menuduh pemerintah sengaja menarget mereka karena kerap menurunkan laporan kritis. Sebagian besar media Kamboja dimiliki orang-orang yang dekat dengan Hun Sen atau menghindari kritik terhadap pemerintah. "Penutupan Cambodia Daily merupakan bagian dari situasi hak asasi manusia yang semakin memburuk di negara ini," ujar Kingsley Abbott, dari Komisi Ahli Hukum Internasional.
Hun Sen, dikenal sebagai figur paling kuat di negara itu, menuduh Kem Sokha bertindak untuk kepentingan Amerika Serikat.

Ujian besar
Kamboja telah diperintah Hun Sen selama lebih dari tiga dekade. Politikus 65 tahun itu ialah seorang operator politik yang telah lama menggunakan pengadilan dan taktik tangan besi untuk membungkam kritik. Hun Sen menghadapi ujian besar pada pemilihan nasional tahun depan karena partai oposisi utama mulai populer di tengah meningkatnya kemarahan atas korupsi dan ketidaksetaraan di negara itu. Rezim Hun Sen telah menjatuhkan sejumlah tuntutan terhadap lawan-lawan politiknya dan pekerja hak asasi manusia pada tahun lalu.
Penyelidikan pajak dan investigasi lainnya juga dikenakan pada mereka yang dianggap kritis terhadap pemerintah.

Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Hun Sen menuduhkan adanya 'sebuah rencana rahasia persekongkolan antara Kem Sokha, kelompoknya, dan orang asing yang merugikan Kamboja'. Pemerintah belum merinci apa yang telah dilakukan Kem Sokha seperti yang dituduhkan sebagai pengkhianatan. Namun, dalam sebuah pidato pada Minggu (2/8), Hun Sen menuduhnya bekerja dengan Washington. "Di balik tangannya (Kem Sokha) itu masih sama, yakni Amerika," ujarnya. (AFP/Hym/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya