Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
SEBANYAK 17 warga Indonesia yang bergabung dengan kelompok Islamic State (IS) di Kota Raqqa, Suriah utara, telah diserahkan ke perwakilan Indonesia dan telah meninggalkan Suriah. Hal itu disampaikan seorang pejabat setempat, Rabu (9/8). Menurut pejabat, itu, Omar Alloush, warga negara Indonesia itu termasuk laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Mereka diserahkan pada Selasa (8/8) di persimpangan perbatasan Suriah-Irak. Mereka memang meminta untuk dipulangkan. Juru bicara Nisreen Abdullah dari Unit Perlindungan Perempuan juga mengonfirmasi penyerahan tersebut.
Jaringan Berita Rojava, sebuah jaringan berita Kurdi, juga melaporkan hal tersebut dan mengatakan bahwa 17 orang tersebut diserahkan berdasarkan permintaan Indonesia. Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (BHI) Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal pun mengonfirmasi hal tersebut. Iqbal mengatakan sudah ada komunikasi antara Indonesia dan berbagai pihak yang menguasai wilayah Suriah, termasuk dengan Otoritas Kurdi Suriah Utara. "Dalam pembicaraan awal, kami lebih banyak meminta hasil investigasi mereka terhadap para WNI selama 2 bulan terakhir. Kami memperoleh informasi bahwa mereka bukan fighters. Mereka berada di Raqqa hanya 40 hari pertama dan sisanya di penjara serta rumah isolasi sampai mereka melarikan diri dengan bantuan pihak ketiga pada 10 Juni lalu," ujar Iqbal melalui pesan yang diterima Media Indonesia, Kamis (10/8).
Pihak-pihak tersebut, lanjutnya, lebih banyak menekankan situasi kemanusiaan, karena di dalamnya termasuk tiga balita, satu remaja berusia 13 tahun, dan dua remaja lainnya yang saat meninggalkan Indonesia pada Agustus 2015 usianya di bawah umur.
"Kondisi keamanan di wilayah tersebut sangat kompleks sehingga proses penanganan tidak dapat dilakukan dengan mudah," tambahnya. Adapun, pada Juli lalu, sebuah tim Associated Press (AP) di Raqqa bertemu dengan ke-17 orang Indonesia tersebut dan melaporkan perjalanan mereka pada dua tahun yang lalu dari Jakarta ke Raqqa dan keinginan awal mereka untuk tinggal di kota itu dan memproklamasikan bergabung dengan IS.
Mereka juga mengatakan kepada AP tentang bagaimana impian mereka hancur dalam menghadapi kebrutalan dan teror IS dan betapa berbedanya realitas kehidupan di bawah IS ketimbang mimpi utopia masyarakat Islam yang mereka jalani. AP juga bertemu dengan perempuan dan anak-anak di sebuah kamp untuk pasukan pengungsian oleh pasukan Kurdi di utara Raqqa, setelah mereka berhasil melarikan diri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved