Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Duterte Lanjutkan Lawan Narkoba

Bas/I-3
25/7/2017 02:45
Duterte Lanjutkan Lawan Narkoba
(AFP PHOTO / NOEL CELIS)

MESKI mendapat kritik dari dunia internasional ataupun dari dalam negeri, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menegaskan dirinya tidak akan menghentikan perang berdarah melawan narkoba di negara Asia Tenggara itu. Duterte bahkan mengeluarkan ultimatum kepada para pecandu dan pengedar narkoba. Hanya ada dua pilihan bagi orang-orang yang terlibat narkoba, yakni penjara atau neraka. Ribuan orang telah tewas sejak Duterte menggelontorkan kampanye antinarkoba saat dilantik sebagai presiden Filipina pada Juni tahun lalu.

Namun, kampanye keras dan berdarah tersebut langsung mendapat kritik keras dan reaksi negatif. Bahkan Duterte diancam akan dibawa ke meja hijau. Meski begitu, Duterte menegaskan dirinya tidak takut. Tokoh yang juga dipanggi 'Digong' tersebut tetap melanjutkan kebijakan kerasnya. "Jangan menakuti saya dengan ancaman penjara atau pengadilan kriminal internasional," ujar Duterte, kemarin, dalam pidato kenegaraannya. "Saya siap dipenjara seumur hidup." Presiden berusia 72 tahun itu kemudian menyerukan kembali permintaannya kepada Kongres Filipina untuk memberlakukan kembali hukuman mati bagi para pelaku kejahatan narkoba.

"Perang melawan narkoba tidak akan berhenti kecuali mereka yang berkecimpung di bisnis narkoba menyadari bahwa mereka harus berhenti karena jika tidak mereka hanya akan menghadapi dua alternatif, penjara atau neraka," seru mantan Wali Kota Davao itu disambut tepuk tangan para tamu termasuk kepala kepolisian nasional Filipina Ronald del Rosa. Para penentang Duterte menggelar aksi demonstrasi dengan membawa patung presiden Filipina itu ke Gedung DPR, tempat Duterte membacakan pidato kenegaraan.

Mereka menuntut Duterte untuk memenuhi janjinya saat dilantik mulai menggelar pembicaraan damai dengan kelompok pemberontak komunis hingga meningkatkan kecepatan internet di Filipina. Polisi antihuru-hara, tanpa membawa tongkat pemukul dan tameng sebagai perlambang kebijakan toleransi terhadap para demonstran, berusaha memisahkan kelompok anti-Duterte dengan kelompok yang mendukung di luar Gedung DPR Filipina itu.

Di dalam gedung, anggota DPR sayap kiri melakukan aksi protes dengan cara yang kreatif. Emmie de Jesus yang mewakili partai perempuan Gabriela mengenakan pakaian tradisional dengan manik-manik yang membentuk tulisan 'Regular work now'.
Anggota DPR lainnya, Arlene Brosas, mengenakan gaun hitam dengan pesan dari seorang mantan tahanan politik yang berbunyi, 'Say no to martial law'.(AP/Bas/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya