Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Lawatan untuk Redakan Ketegangan di Teluk

Haufan Hasyim Salengke
25/7/2017 02:16
Lawatan untuk Redakan Ketegangan di Teluk
(AFP PHOTO / Qatar News Agency)

PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan melanjutkan lawatannya di kawasan Teluk dengan bertolak ke Kuwait setelah meninggalkan Jeddah, Arab Saudi, Minggu (23/7) waktu setempat, dalam upaya meredakan perselisihan diplomatik antara sekutu Ankara, Qatar, dan empat negara Arab. Erdogan tiba di Kuwait pada Minggu (23/7) larut malam setelah mengadakan pertemuan terpisah dengan penguasa Saudi, Raja Salman, dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman al-Saud di Jeddah. Erdogan, yang negaranya membela Qatar dalam perselisihan tersebut, melakukan pembicaraan dengan Raja Salman, yang menurut laporan Saudi Press Agency, memuji upaya-upaya pemimpin Turki dalam memerangi terorisme

Di Kuwait, Erdogan mengadakan pertemuan dengan Emir Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah, yang memediasi upaya penyelesaian krisis diplomatik Teluk, di Istana Dar Salwa, selama 1 jam. Erdogan didampingi delegasi profil tinggi, yakni Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu, Menteri Ekonomi Nihat Zeybekci, Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Berat Albayrak, Menteri Pertahanan Nurettin Canikli, Kepala Staf Jenderal Hulusi Akar, dan Kepala Organisasi Intelijen Nasional (MIT) Hakan Fidan.
Kunjungan itu dilakukan di tengah krisis Teluk setelah empat negara Arab--Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir--memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan memblokade negara Teluk kecil tersebut. Keempatnya menuduh Doha mendukung terorisme. Qatar telah membantah tudingan itu.

Akhiri perselisihan
Lawatan dua hari Erdogan juga dilakukan ke Qatar, kemarin, untuk melakukan pembicaraan tatap muka pertamanya dengan Emir Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani sejak krisis dimulai. "Tidak ada yang berminat memperpanjang krisis ini," kata Erdogan.
Dia menuduh pihak 'musuh' berusaha meningkatkan ketegangan di antara 'negara-negara bersaudara' di kawasan tersebut. Erdogan pun memuji perilaku Qatar dalam krisis tersebut, mengatakan Doha telah berusaha menemukan solusi melalui dialog.
"Saya harap kunjungan kami akan bermanfaat," ujarnya.

Krisis itu telah menempatkan Turki dalam posisi yang sulit dan Erdogan telah berulang kali mengatakan bahwa dia ingin mengakhiri perselisihan sesegera mungkin. Dalam beberapa tahun terakhir, Qatar muncul sebagai sekutu nomor satu Turki di Timur Tengah. Ankara dan Doha berkoordinasi mengenai berbagai isu, termasuk konflik Suriah, tempat kedua negara menentang Presiden Bashar al-Assad. Turki juga mendirikan sebuah pangkalan militer di Qatar, satu-satunya pos terdepan di kawasan itu. Dikabarkan, sekarang ada 150 tentara Ankara di sana.

"Sejak pertama kali krisis Qatar mencuat, kita berada di sisi perdamaian, stabilitas, solidaritas, dan dialog," kata Erdogan. Namun, Turki yang juga mengalami masa turbulen dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat juga tidak ingin merusak hubungan dengan penguasa regional, Arab Saudi, yang disebut Ankara sebagai sudara lebih tua. "Sebagai negarawan lebih senior di kawasan Teluk, Saudi memiliki peran besar dalam memecahkan krisis," kata Erdogan, dengan hati-hati untuk tidak secara eksplisit mengkritik monarki itu. (AFP/Anadolu Agency/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya