TIGA kota di Inggris bagian utara, yakni York, Leeds, dan Manchester, beserta sejumlah kota-kota kecil di sekitar ketiganya, dilanda banjir akibat cuaca ekstrem. Akibatnya, ribuan warga harus mengungsi dan aliran listrik di lebih dari 7.500 rumah di Greater Manchester dan Lancashire terputus. Sebanyak 3.500 rumah di York pun ikut terdampak.
Dalam 24 jam, pada akhir pekan lalu, tingkat permukaan air sungai di beberapa tempat termasuk Sungai Aire di Leeds dan Sungai Calder di Whalley meninggi hingga air meluap ke wilayah di sekitarnya.
Perdana Menteri Inggris David Cameron menyebut kondisi banjir itu belum pernah terjadi sebelumnya. "Level air sungai serta curah hujan menyebabkan efek yang belum pernah terjadi dan menyebabkan banjir serius," ucap Cameron saat berkunjung ke wilayah yang dilanda banjir, kemarin.
Selain dianggap bersejarah di Inggris, banjir itu pun mencuatkan pertanyaan tentang kesiapan pemerintah Inggris dalam penilaian kualitas ketahanan terhadap bencana tersebut.
Media Inggris The Guardian, kemarin (Senin, 28/12/2015), menyebutkan, "Retorika kosong (pemerintah), bahkan pasukan tentara tidak bisa menjadi substitusi untuk kebijakan koheren dalam pencegahan banjir."
Dalam kolom editorialnya ditulis juga bahwa perubahan iklim dan persiapan pemerintah yang tidak memadai memunculkan keyakinan bahwa banjir akan menjadi rutinitas dalam masa depan kehidupan Inggris. Namun, PM Cameron menyanggahnya dengan menyebut bahwa kombinasi penahan banjir yang temporer dan permanen di pinggiran sungai sudah cukup membantu. "Untuk beberapa kasus, air memang meluap dan membanjiri wilayah. Tentu saja kita harus lihat lagi apakah ada yang harus kita lakukan lebih lanjut," imbuh Cameron.
Menteri Lingkungan Hidup Inggris, Liz Truss, menjanjikan anggaran kesiapan banjir akan dikaji ulang karena selama lima tahun belakangan anggaran pemerintah untuk kesiap-an bencana dipangkas.
Kerugian Kemarin pagi, anggota Dewan Kota York, Charlie Croft, memastikan luapan air sungai telah melewati puncaknya. "Namun, kami masih dalam kondisi bencana," kata dia.
Kantor akuntan publik Pricewaterhouse Coopers menyatakan masih terlalu dini untuk mengestimasi jumlah kerugian yang disebabkan banjir itu. Namun, analisis terkini mengestimasi kerugian akibat banjir itu bisa mencapai US$1,9 miliar.
Pemerintah Inggris mengerahkan sekitar 500 tentara untuk menanggulangi bencana banjir di wilayah utara itu dengan dibantu sejumlah tim penyelamat dan sukarelawan yang bersiaga sejak Hari Natal lalu. Seribu personel militer tambahan, menurut PM Came-ron, akan dikerahkan jika situasi kian memburuk.
Hingga kemarin, ratusan warga memenuhi pusat-pusat pengungsian, sedangkan beberapa lainnya bertahan di lantai dua rumah. Banjir menggenangi lahan parkir dan jalanan. Lembaga ramalan cuaca The Met Office memprediksi hujan masih melanda wilayah utara Inggris, besok, dengan intensitas curahan mencapai 80-120 milimeter.(AFP/I-1)