Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MEMPERINGATI pekan menyusui dunia pada 1-7 Agustus 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF meminta pemerintah mempertahankan akses dan layanan untuk memungkinkan para ibu tetap menyusui selama masa pandemi covid-19.
Sebab, proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) serta pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif amat membantu anak-anak bertahan hidup dan membangun antibodi agar terlindung dari berbagai penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak seperti diare dan pneumonia.
Berdasarkan bukti di lapangan, menunjukan anak yang mendapatkan ASI lebih baik pada tes inteligensi, kemungkinan mengalami obesitas dan kelebihan berat badan lebih kecil, serta risiko diabetes pada dewasa lebih rendah.
Peningkatan angka ibu menyusui secara global berpotensi menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak usia balita dan mencegah penambahan 20.000 kasus kanker payudara pada perempuan setiap tahunnya.
Namun, di Indonesia, hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, dan hanya sedikit lebih dari 5% anak yang masih mendapatkan ASI pada usia 23 bulan. Artinya, hampir setengah dari seluruh anak Indonesia tidak menerima gizi yang mereka butuhkan selama dua tahun pertama kehidupan.
Sebab, ternyata lebih dari 40% bayi diperkenalkan terlalu dini kepada makanan pendamping ASI, yaitu sebelum mereka mencapai usia 6 bulan, dan makanan yang diberikan sering kali tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Apalagi, dengan kondisi pandemi covid-19, akses kepada layanan esensial seperti konseling menyusui di rumah sakit, klinik kesehatan, dan melalui kunjungan ke rumah terganggu.
Bahkan, informasi tidak tepat yang beredar tentang keamanan menyusui menurunkan angka ibu menyusui karena para ibu takut menularkan penyakit kepada bayi mereka.
“Saat ini ketika layanan kesehatan masyarakat terhambat, kita sangat perlu memahami manfaat luar biasa dari ASI dan interaksi ibu dan bayinya dalam mencegah penyakit yang sering terjadi di masa kanak-kanak serta mempromosikan kesehatan dan perkembangan anak,” ungkap Perwakilan WHO untuk Indonesia Dr Paranietharan. (Gan/S3-25)
KINERJA DPR dan pemerintah dalam membahas dan menghasilkan undang-undang atau produk legislasi banyak terpengaruh pandemi covid-19.
AKSI-AKSI demonstrasi atau seringkali disebut sebagai parlemen jalanan sejak masa reformasi menjadi sarana
PANDEMI virus korona baru yang menimbulkan covid-19 mengubah pola kerja masyarakat, tidak terkecuali aparatur sipil negara (ASN)
PERAN TNI semakin besar. Pada masa pandemi pun TNI sampai dikerahkan untuk ikut mendisiplinkan warga agar patuh menaati protokol kesehatan.
PRESIDEN Joko Widodo pada setiap kesempatan selalu menitikberatkan masa depan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh tiga sektor
BUKAN menjadi rahasia lagi menyebut macet sebagai masalah klasik di Ibu Kota.
Jumlah petugas pengibar bendera yang dilibatkan hanya tiga orang. Begitu pun dalam ritual penurunan bendera beberapa jam setelahnya.
Pedagang bendera dari Jawa Barat setiap Agustus selalu datang ke Temanggung untuk menjual dagangannya untuk menyambut HUT RI. Namun sejak pandemi penjualan bendera turun drastis.
Pemkot menganggap kegiatan malam tirakatan/tasyakuran dan lomba-lomba kampung mendapatkan skor sebagai kegiatan berisiko cukup tinggi dalam penyebaran covid-19 di tempat kegiatan.
Sebanyak 17.845 kuota undangan untuk masyarakat telah disiapkan.
Dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 75 pendakian puncak Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan ditiadakan karena pandemi covid-19.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan minta pada masyarakat untuk berdiri saat lagu Indonesia Raya berkumandang pada upacara peringatan ke-75 Kemerdekaan RI.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved