Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Mengubah Kelemahan Menjadi Kekuatan

Andhika Prasetyo
09/1/2017 03:15
Mengubah Kelemahan Menjadi Kekuatan
(MI/ROMMY PUJIANTO)

PADA 20 tahun lalu, mencari resep masakan dan bagaimana cara membuatnya mungkin menjadi hal sulit.

Begitu pun mencari produk atau barang. Seseorang harus pergi ke suatu toko yang bisa jadi bermil-mil jauhnya hanya untuk mendapatkan barang tersebut.

Seiring dengan waktu berjalan, pemikiran-pemikiran yang sebelumnya tidak tersampaikan muncul dan memimpin invasi inovasi. Transformasi digital mulai mempermudah berbagai kegiatan manusia di muka bumi.

“Semua kemudahan, seperti mencari produk melalui mesin pencarian, mencari pasangan melalui aplikasi kencan, itu terjadi saat ini karena adanya inovasi. Kita melihat begitu besar perbedaan dalam proses dan hasil dalam dua kurun waktu berbeda. Itulah inovasi.

Inovasi ada dari sebuah pemikiran yang dilatarbelakangi gairah dan kemauan,” ujar Saeed Amidi saat ditemui di Jakarta, akhir tahun silam. Mulai merintis usaha 35 ta hun lalu, Saeed Amidi yang merupakan pendiri sekaligus CEO of Plug and Play, perusahaan yang bergerak sebagai investor bagi ratusan start-up, bisa dibilang sama seperti para pebisnis lainnya pada saat itu.

Selepas masa pendidikan di Menlo College, California, Amerika Serikat (AS), ia membuka usaha air mineral dalam kemasan. “Sebenarnya ini seperti tekanan dari ayah. Dia bilang saya harus mulai bekerja untuk memenuhi biaya hidup,” ucap Amidi mengisahkan awal kariernya.

Hingga kemudian, 20 tahun berselang, perubahan terjadi. Industri digital mulai naik. Ami di melihat itu sebagai
se buah tantangan sekaligus ke sempatan besar untuk semakin berkembang.

“Saya tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang perangkat lunak ataupun teknik mesin. Saat itu saya tidak mengerti teknologi,” tutur pria 56 tahun itu.


Keyakinan

Kondisi tersebut tidak menciutkan nyalinya. Berbekal keyakinan terhadap dua pemuda yang memiliki gairah
dan kemauan luar biasa, Amidi terjun ke dunia bisnis digital.

Dua pemuda tersebut ialah Max Levchin dan Peter Thiel, pendiri Paypal, perusahaan yang menawarkan jasa transfer secara daring. Amidi, kala itu menilai produk yang mereka tawarkan sangat menjanjikan, tapi berpotensi tidak memberikan keuntungan.

Setelah menimbang-nimbang berbagai kemungkinan, Amidi memutuskan membiayai proyek awal Paypal, mulai sewa kantor hingga pengembangan program.

Terbukti, dengan menanamkan modal US$100 ribu, kini Paypal berubah menjadi perusahaan besar dan merupakan salah satu investasi tersukses yang dilakukan pria asal Iran itu.

“Saya pikir ini sama seperti judo. Lihat kelemahan yang kita miliki dan ubah itu menjadi kekuatan. Saat itu saya tidak paham akan teknologi, tapi saya menemukan orang-orang yang sangat ahli di bidang itu.

Saya akhirnya dikelilingi mereka yang terus memberikan berbagai masukan serta nasihat hingga kami bisa menjadi tim solid,” terangnya. Ia berpendapat sebesar apa pun risiko kegagalan yang bisa terjadi, jika itu sebuah hal baru dan berpotensi sukses di masa depan, hal tersebut memang patut diperjuangkan.

“Jika kita menghabiskan banyak uang untuk satu hal baru dan gagal, kadang kita malu. Namun, kalau kita tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahu. Jadi, saya pikir, kalaupun usaha pertama gagal, kita harus terus kembali mencoba,” ungkap Amidi.

Setelah menantang risiko dan akhirnya sukses dengan karier di industri digital, Amidi tidak begitu saja menjadi kacang yang lupa kulitnya. Usaha yang ditekuninya saat pertama kali menjadi wirausaha, yakni pengemasan air mineral, hingga kini pun masih ia jaga dengan baik.

“Perusahaan itu masih hidup. Saya masih menjalankannya setiap hari dan saya memiliki sekitar 1.000 karyawan di sana. Bisnis itu kian bertumbuh, tetapi, tetap fokus saya 80% di Plug and Play. Saya kini sangat menikmati industri teknologi,” ungkapnya.

Di tengah kesibukannya menjadi CEO dan mengurus berbagai pekerjaan, Amadi selalu menyempatkan untuk menyalurkan hobinya. “Saya suka olahraga walaupun perawakan saya tidak terlihat seperti olahragawan,” tutur pria bertubuh besar itu seraya tertawa.

Ia mengaku selalu meluangkan waktu untuk bermain tenis dan golf bersama rekan sejawatnya. Bahkan, Amidi terbilang cukup serius menekuni hobinya, terutama golf. Tidak sedikit turnamen golf yang ia ikuti walau kemenangan, ujar Amidi, bukan tujuan utama.

“Dengan olahraga seperti golf, saya bisa mengobrol berjam- jam dengan teman dan saya senang. Yang terpenting dari semuanya ialah melakukan kontak langsung dengan orang-orang di sekitar kita,” tuturnya.


Permudah regulasi

Pria yang bermukim di ‘Negeri Paman Sam’ sejak 15 tahun lalu itu juga menyukai bepergian keliling dunia. Ia
selalu menikmati perjalanannya ke berbagai negara sekali pun tujuan perjalanan itu ialah kunjungan bisnis, termasuk ke Indonesia. “Saya menikmati setiap pemandangan yang ada di sini.”

Amidi menganggap Indonesia ialah negara dengan potensi luar biasa dengan populasi yang sangat besar. “Dengan pen duduk usia muda yang begitu besar, banyak sekali potensi yang bisa dibangun.

Lihat saja Go-Jek. Saya belum pernah melihat yang sebesar ini sebelumnya,” pujinya. Menurut dia, Indonesia bisa belajar dari apa yang dilakukan AS dengan California, tempat Lembah Silikon berada.

“Negara ini bisa mencontoh semua hal baik yang ada di\ sana dan menerapkannya di sini, tetapi tentunya dengan menyesuaikannya dengan kebutuhan dan kebudayaan lokal,” imbuh Amidi.

Ia berharap pemerintah Indonesia menyeriusi pembinaan terhadap usaha rintis atau start-up di Tanah Air.
Setidaknya ia berharap regulasi-regulasi yang ada jangan sampai mempersulit proses investasi.

“Pemerintah harus membuat regulasi untuk mempermudah orang-orang berinvestasi di industri ekonomi kreatif seperti start-up. Itu semua akan membantu pertumbuhan start-up di negara ini. Kami juga sangat terbuka untuk membantu dan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk universitas, pemerintah dan korporasi,” tandas Amidi. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya