Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Duh... Banyak Profesor dan Doktor Percaya Hoax

05/1/2017 07:55
Duh... Banyak Profesor dan Doktor Percaya Hoax
(Dok.Micom)

BERITA-BERITA bohong dan cenderung menyesatkan persepsi masyarakat (hoax) kini semakin terasa memenuhi ranah publik. Anehnya, tidak sedikit warga masyarakat yang memercayai berita yang sering disebarkan melalui media sosial itu.

Nah, lebih mengagetkan lagi seperti yang dikemukakan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid seusai acara peresmian kantor Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (Hiski) di Jakarta, kemarin. Dia mengatakan banyak akademisi yang bergelar profesor dan doktor atau kalangan akademis pada umum­nya yang percaya pada hoax.

“Pengaruh media sosial memang luar biasa, tinggal kasih foto dan judul, langsung menyebar berita hoax tersebut,” ujar Hilmar. Mereka yang percaya pada kabar bohong tersebut, lanjutnya, sebagian besar ialah ge­nerasi transisi. Generasi yang lahir saat belum bersinggungan dengan teknologi dan ketika dewasa mulai kenal dengan teknologi.

“Banyak malah profesor dan doktor yang percaya pada kabar bohong tersebut,” tambah dia. Pernyataan Hilmar tersebut didasarkan pada penelitian yang dilakukannya bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 2015. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui malah yang menjadi korban berita bohong maupun SMS (pesan singkat) penipuan ialah orang-orang yang mempunyai tingkat intelektualitas yang tinggi.

“Sebaliknya anak-anak yang lahir sudah bersinggungan dengan teknologi tidak mudah percaya dengan kabar bohong itu. Anak-anak itu lebih selektif karena bisa melacak sumber berita itu dengan teknologi.” Di sisi lain, kabar bohong tersebut juga dimanfaatkan sebagian orang untuk membenarkan opini mereka terhadap suatu hal. Hilmar menyebut mereka bukan mencari informasi, melainkan konfirmasi.

Untuk menangkis banyaknya kabar bohong tersebut, dia menyebut perlu dilakukan literasi media, yang memberi pengetahuan kepada masyarakat bahwa berita itu hoax atau bukan, serta laman yang memberitakannya kredibel atau tidak. “Literasi media juga perlu diberikan kepada masyarakat,” tegas dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta setiap kementerian untuk sigap menangkal isu hoax yang beredar di media sosial. Jokowi meminta laman atau media sosial yang menyebarkan hoax dan kebencian ditindak tegas. Atas alasan itu pulalah, pemerintah mengusulkan dibentuk badan siber nasional. (Bay/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya