Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
COVID-19 pernah mengguncang dunia, membuat masyarakat panik, pemerintah lumpuh, dan ekonomi global terguncang. Namun, di balik perhatian besar pada pandemi itu, para ahli kesehatan mengingatkan: ada penyakit lama yang justru lebih berbahaya, lebih menular, dan lebih mematikan, yaitu campak.
Banyak yang mengira campak hanyalah penyakit ringan dengan gejala ruam merah pada kulit. Faktanya, infeksi virus campak dapat menimbulkan komplikasi serius, merusak organ vital, dan berujung pada kematian. Inilah alasan mengapa campak tidak boleh dipandang sebelah mata.
Campak bukan sekadar penyakit kulit. Virus ini dapat menyerang sistem pernapasan, pencernaan, hingga sistem saraf. Komplikasi yang muncul di antaranya:
Penularan campak pun lebih “agresif”. Dropletnya dapat menyebar hingga enam meter, jauh lebih jauh dibanding droplet covid-19 yang biasanya hanya dua meter.
Covid-19 memang menular cepat, tetapi virus campak punya kemampuan bertahan lebih lama di udara. Di ruangan tertutup, virus campak dapat hidup hingga dua jam. Artinya, walau penderita sudah meninggalkan ruangan, orang lain yang masuk kemudian tetap bisa tertular.
Campak bukan hanya menyebabkan ruam merah dan demam tinggi. Virus ini mampu menyerang otak, paru-paru, bahkan sistem kekebalan tubuh anak. Akibatnya, penderita lebih mudah tertular penyakit lain, dan masa pemulihan bisa berlangsung lama.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso, menegaskan bahwa cakupan imunisasi campak harus minimal 95% untuk menciptakan herd immunity. Tanpa angka ini, masyarakat akan rawan mengalami kejadian luar biasa (KLB) campak.
“Campak lebih menular empat hingga lima kali lipat dibanding Covid-19. Karena itu, cakupan imunisasi pada penyakit yang amat menular harus sangat tinggi supaya terbentuk kekebalan kelompok,” ujarnya, dikutip dari Antara News.
Imunisasi campak-rubella (MR) bukan hanya melindungi anak dari campak, tetapi juga mencegah infeksi yang dapat memicu stunting, gangguan tumbuh kembang yang kini menjadi masalah kesehatan nasional.
Meski dunia kini fokus pada pemulihan pasca-pandemi Covid-19, data menunjukkan cakupan imunisasi dasar anak sempat menurun akibat pembatasan sosial. Kondisi ini meningkatkan risiko munculnya kembali wabah campak di berbagai daerah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut campak sebagai “penyakit indikator” sistem kesehatan. Bila campak meledak di suatu negara, itu tanda ada masalah besar pada cakupan imunisasi.
Pemerintah bersama IDAI kini gencar mengingatkan orang tua agar tidak menunda imunisasi. Imunisasi lengkap adalah kunci agar anak-anak terlindungi dari penyakit yang sangat menular ini.
Campak bukanlah penyakit sepele. Dengan tingkat penularan yang 4–5 kali lebih tinggi daripada Covid-19, komplikasi mematikan, serta ancaman kebutaan hingga kerusakan otak, campak harus dipandang sebagai ancaman serius bagi kesehatan anak-anak Indonesia.
Semakin banyak orang tua yang sadar pentingnya imunisasi, semakin besar peluang bangsa ini mencegah kembalinya wabah campak yang mematikan.
Covid-19 mungkin sudah mereda, tetapi campak bisa menjadi “bom waktu” jika imunisasi diabaikan. Perlindungan terbaik bukan obat, melainkan pencegahan melalui vaksinasi campak-rubella (MR). (Z-10)
Kreator Hwang Dong-hyuk mengungkapkan bahwa ia ingin mengeksplorasi bagaimana setiap orang bisa mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan mereka dalam situasi kompetitif yang tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved