Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
HEWAN yang bergerak cepat selalu menarik perhatian karena kecepatannya yang luar biasa. Namun, bagaimana dengan hewan yang bergerak sangat lambat?
Menurut James Maclaine, kurator senior ikan di Museum Sejarah Alam London, bagi banyak hewan, kecepatan bukanlah hal penting untuk bertahan hidup. Pertanyaan tentang hewan paling lambat di dunia mungkin terdengar sederhana, tetapi jawabannya bisa berbeda tergantung cara mengukurnya.
Salah satu cara mengukur kecepatan adalah dengan membandingkan jarak yang ditempuh dalam waktu tertentu. Berdasarkan metrik ini, anemon laut bisa jadi kandidat hewan paling lambat. Mereka merayap hanya sekitar 10 - 25 cm per jam, biasanya saat mencari tempat baru untuk menetap, dan selebihnya mereka diam.
Di dunia air, kuda laut kerdil (Hippocampus zosterae) dikenal sebagai ikan yang berenang paling lambat. Maclaine menjelaskan bahwa postur renangnya yang tegak dan sirip kecilnya membuat pergerakannya sangat terbatas, hanya sekitar satu setengah meter per jam.
Kecepatan yang lambat ini menguntungkan mereka karena mereka dapat menempel pada rumput laut dan menunggu krustasea kecil lewat sebagai mangsa.
Sementara itu, di darat, siput pisang adalah salah satu hewan yang bergerak paling lambat, dengan kecepatan hanya 0,0096 km per jam. Menurut Jon Ablett, kurator senior moluska di Museum Sejarah Alam London, moluska memang bergerak jauh lebih lambat daripada serangga atau laba-laba, meskipun ukurannya sering kali lebih besar.
Hewan darat lambat lainnya adalah kura-kura raksasa Galapagos yang berjalan sekitar 0,26 km per jam. Sedangkan di antara mamalia, kukang (Nycticebus) dikenal karena pergerakannya yang hati-hati dan lambat, dengan kecepatan sekitar 1,8 km per jam.
Namun, jika kecepatan diukur berdasarkan reaksi terhadap rangsangan dan laju metabolisme, kukang berjari tiga (Bradypus) bisa dianggap sebagai hewan paling lambat.
Prof. Rory Wilson dari Universitas Swansea, yang mempelajari pergerakan hewan, mengatakan bahwa kecepatan kukang dalam bereaksi terhadap rangsangan sangatlah mengejutkan. Meskipun dapat bergerak hingga 1,6 km per jam, kecepatan rata-rata mereka hanya puluhan meter per hari.
Kukang beradaptasi dengan kecepatan yang sangat lambat ini. Mereka menjadi ahli kamuflase karena tidak bisa melarikan diri dari predator. Kekuatan mereka yang luar biasa membantu mereka tetap stabil di atas pohon.
Selain itu, metabolisme mereka sangat lambat, memungkinkan mereka bertahan hidup hanya dengan sedikit makanan berenergi rendah. Mereka membutuhkan waktu berhari-hari untuk mencerna daun, dan hanya turun dari pohon sekali seminggu untuk buang air besar.
"Pertanyaannya, mengapa mereka selambat itu? Apa yang mereka dapatkan?" kata Wilson. Jawabannya sederhana: kecepatan membutuhkan energi yang mahal. Kukang berhasil menghindari kebutuhan itu dengan hidup di jalur lambat.
Dengan gaya hidup yang santai, mereka tidak butuh banyak makanan, bahkan makanan berkualitas rendah pun bisa dicerna dalam hitungan hari. "Semuanya berjalan dengan sangat baik," pungkas Wilson. (Live science/Z-2)
Kukang yang termasuk spesies satwa endemik pulau Bangka dengan status critically endangered.
Tiga ekor kukang tersebut hendak dijual ke calon pembeli yang berasal dari Pekanbaru
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved