Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Inggris Laporkan Peningkatan Kasus Chikungunya hingga 170 Persen

Atalya Puspa    
15/8/2025 14:44
Inggris Laporkan Peningkatan Kasus Chikungunya hingga 170 Persen
Ilustrasi, nyamuk penyebab chikungunya.(Dok. Freepik)

DATA terbaru dari UK Health Security Agency (UKHSA) menunjukkan lonjakan signifikan kasus chikungunya yang terkait perjalanan internasional di Inggris. Hingga pertengahan 2025, tercatat 73 kasus — naik 170% dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya 27 kasus. Sebagian besar infeksi berasal dari pelancong yang baru kembali dari wilayah Samudra Hindia, termasuk India, Mauritius, dan Sri Lanka.

Lonjakan ini sejalan dengan tren global. Menurut European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC), antara Januari hingga Juli 2025 terdapat sekitar 240.000 kasus chikungunya di seluruh dunia.

Sebagai informasi, Chikungunya adalah penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Gejalanya meliputi demam mendadak dan nyeri sendi yang bisa berlangsung dari satu minggu hingga bertahun-tahun. Meskipun jarang berakibat fatal, penyakit ini berisiko tinggi bagi penderita penyakit bawaan atau orang dengan sistem imun lemah.

Studi juga menunjukkan, infeksi chikungunya pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kematian bayi baru lahir hingga 50%.

Inggris saat ini memiliki dua vaksin chikungunya yang disetujui Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA): Vimkunya (Bavarian Nordic) dan Ixchiq (Valneva). Keduanya hanya tersedia di klinik perjalanan swasta, di luar program imunisasi nasional.

Namun, vaksin Ixchiq terjebak kontroversi sejak disetujui di Inggris pada Februari 2025. Dua kematian di wilayah Prancis La Reunion terjadi setelah program vaksinasi massal Ixchiq pada Maret, memicu kekhawatiran keamanan. Akibatnya, Komite Bersama untuk Vaksinasi dan Imunisasi (JCVI) merekomendasikan pembatasan penggunaannya pada lansia. MHRA pun menangguhkan pemberian vaksin ini bagi orang berusia 65 tahun ke atas sambil menunggu tinjauan lebih lanjut.

Meski regulator AS menyatakan kematian di La Reunion tidak terkait vaksin, Food and Drug Administration (FDA) tetap memperketat aturan: Ixchiq kini hanya direkomendasikan bagi individu dengan risiko tinggi, berbeda dari sebelumnya yang mencakup kelompok berisiko menengah. Sejauh ini, ada 17 laporan efek samping pada penerima vaksin berusia di atas 62 tahun.

Menariknya, analis GlobalData memperkirakan penjualan Ixchiq akan melampaui Vimkunya. Pada 2031, Ixchiq diprediksi meraup pendapatan sekitar US$237 juta, dibandingkan US$170 juta untuk Vimkunya. Faktor pendorongnya adalah status Ixchiq sebagai vaksin pertama di dunia yang mendapat izin FDA untuk pencegahan chikungunya pada November 2023.

Dengan peningkatan perjalanan internasional dan meluasnya persebaran nyamuk penular, permintaan vaksin diperkirakan terus naik — meski perdebatan soal keamanan belum sepenuhnya reda. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya