Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Dorong Perdagangan Karbon Global dengan Memperkuat Daya Saing Pelaku Pasar Nasional

Media Indonesia
25/7/2025 15:07
Dorong Perdagangan Karbon Global dengan Memperkuat Daya Saing Pelaku Pasar Nasional
Ilustrasi(Dok Ist)

PEMERINTAH Indonesia menargetkan potensi pendapatan hingga US$65 miliar (sekitar Rp1.000 triliun) dari ekspor kredit karbon pada 2028.
Sebagai salah satu negara dengan hutan tropis terluas di dunia, Indonesia memiliki posisi strategis dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dan perdagangan karbon.

Sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 11 Juli 2025 IDX Carbon, mencatat total volume transaksi sebesar 1.599.326 ton CO2e dengan nilai mencapai Rp77,95 miliar.

Indonesian Business Council (IBC) melalui program strategis Indonesia Carbon Market Academy (ICMA), berupaya memperkuat kapasitas teknis, tata kelola, dan daya saing pelaku pasar karbon nasional agar mampu merespons peluang global dan mendorong tercapainya target pengurangan emisi pemerintah menuju net zero emission pada 2050.

Menurut Chief Operating Officer IBC William Sabandar, langkah awal untuk membangun ekosistem pasar karbon yang kokoh adalah edukasi. Pelaku swasta perlu memahami dan menyelaraskan narasi dekarbonisasi serta pertumbuhan hijau sebagai bagian dari strategi bisnis masa depan.

"Pada konteks ini, IBC meluncurkan ICMA, program pengembangan kapasitas untuk mencetak pelaku pasar karbon yang kompeten dan siap bersaing secara global," kata William, di Jakarta, Kamis (24/7).

Ia menjelaskan ICMA dibangun di atas tiga pilar utama. Pertama, memperkuat edukasi dan mengubah pola pikir pelaku industri agar berorientasi pada solusi hijau, termasuk dari sektor berbasis fosil.
Kedua, memperluas jangkauan narasi keberlanjutan lewat sosialisasi dan komunikasi publik. Ketiga, mendorong keterlibatan aktif dalam program praktikal yang mendukung transisi energi dan inisiatif green growth.

Ia menegaskan ICMA bukan sekadar program pelatihan, melainkan langkah strategis untuk memastikan Indonesia tidak hanya menjadi bagian dari pasar karbon global, tetapi juga menjadi pemain utama dengan kapasitas dan integritas yang tinggi.

“Dengan dukungan penuh kepada pelaku pasar, kami yakin Indonesia akan bersaing di tingkat global dan menciptakan pasar karbon berkelanjutan. Melalui upaya ini, ICMA diharapkan menjadi penggerak utama dalam membangun ekosistem pasar karbon Indonesia yang lebih transparan, kompetitif, dan siap bersaing di pasar global,” pungkas William.

Direktur Eksekutif Indonesia Center for Renewable Energy Studies Paul Butarbutar menyoroti tantangan pengembangan pasar karbon nasional terletak pada rendahnya kualitas dan integritas sebagian proyek karbon kredit, yang berdampak pada menurunnya kepercayaan pasar global.
Menurut Paul, kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat sangat penting untuk mengatasi kesenjangan tersebut.

“ICMA memberikan wadah strategis bagi pelaku pasar untuk memperoleh pengetahuan praktis dan teknis, agar lebih siap menghadapi dinamika pasar karbon yang semakin kompleks,” jelasnya.

Founder & CEO Fairatmos Natalia Rialucky Marsudi menambahkan karbon kredit merupakan instrumen penting untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan.

Ia menekankan pentingnya pendekatan inklusif dalam pengembangan pasar karbon, yakni seluruh pihak, mulai dari korporasi, komunitas hutan desa, hingga masyarakat umum, perlu dilibatkan secara aktif.

Lebih lanjut, Natalia menyampaikan saat ini pengembangan proyek karbon di Indonesia masih menghadapi tantangan, mulai dari hambatan teknis hingga keterbatasan akses pendanaan iklim.

Inilah yang menjadi alasan utama kehadiran Fairatmos untuk menyediakan solusi berbasis teknologi dan menjembatani kesenjangan antara para penyedia (supplier) dan pembeli (buyer) kredit karbon.

Ia juga meyakini inisiatif seperti ICMA dapat menjadi katalis penting dalam mempersempit kesenjangan itu, dengan memberdayakan pelaku dari berbagai latar belakang agar dapat berpartisipasi secara adil, transparan, dan berkelanjutan dalam ekosistem karbon nasional. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya