Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
CERITA, buku, mindful reading (membaca dengan penuh kesadaran dan makna), dan seni memiliki kekuatan signifikan bagi anak untuk menumbuhkan keberanian, harapan, dan kesehatan mental sejak dini.
Hal tersebut menjadi sorotan utama dalam dialog “Gelar Wicara Kids Biennale 2025: Kekuatan Cerita sebagai Ruang Aman” yang digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Minggu (13/7). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian festival Kids Biennale Indonesia 2025, yang berlangsung sepanjang Juli dengan tema “Tumbuh Tanpa Takut.”
Anggota board advisor Kids Biennale Prof. Maila Dinia Husni Rahiem menyampaikan presentasi berjudul “Ruang Aman & Mindful Reading: Menumbuhkan Anak Berani dan Peduli.” Maila menyatakan, fakta temuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa lebih dari satu miliar anak mengalami kekerasan fisik atau emosional setiap tahun. Untuk itu, butuh medium dan metode tepat untuk memberikan rasa dan ruang aman bagi anak. Bagi Maila, buku dan cerita serta seni menjadi sarana yang sangat tepat.
“Buku adalah laboratorium emosi paling terjangkau. Di dalam cerita, anak boleh menjelajah rasa takut, berlatih keberanian, dan belajar empati tanpa risiko nyata. Sehingga, cerita dan buku menjadi inti “ruang aman” bagi perkembangan anak. Demikian juga seni, menjadi wadah bagi anak untuk menumbuhkan keberanian bagi anak berbagi dan melawan rasa takut," tegas Maila.
Ilmuwan yang tercatat dalam dua persen peneliti paling berpengaruh dunia versi Stanford University dan Elsevier ini mengungkapkan, cerita ibarat simulator emosi. Dalam cerita, tutur Maila, anak mengenal berbagai macam emosi dan bisa menjadi sarana anak mencoba hal-hal baru yang positif. Cerita ibarat cermin dan jendela. Sebagai cermin, anak melihat diri mereka di dalam cerita. Sebagai jendela, anak dapat melihat dunia yang luas di dalam cerita.
"Cerita bisa menumbuhkan kepercayaan diri anak, rasa empati mereka, dan juga perasaan bahwa mereka disayangi," kata Maila, yang juga guru besar pendidikan anak usia dini (PAUD) dan kesejahteraan sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Maila lantas memperkenalkan dan mempraktikkan metode mindful reading untuk membantu anak meredam emosi negatif hingga menguatkan kesadaran diri. Dia menjelaskan, mindful reading adalah cara di mana seseorang termasuk anak membaca dengan kesadaran diri bahwa sedang berada di situ dan penuh makna. Dalam metode mindful reading, perlu diperhatikan adalah teknik pernapasan, cerita yang dipilih, dan refleksi. Teknik pernapasan ini mencakup 4-1-4 yakni tarik napas empat detik, tahan satu detik, dan hembuskan empat detik. Teknik pernapasan ini dilakukan di awal dan akhir cerita.
Dia menekankan, tujuan teknik pernapasan 4-1-4 adalah untuk menenangkan sistem saraf sebelum membaca. Maila mencontohkan bahu rileks dan fokus pada suara napas agar otak siap mencerna alur cerita sekaligus merefleksikan nilai-nilai di dalamnya. Di masa-masa bercerita, perlu juga jeda agar anak terkoneksi dengan dan dalam cerita tersebut sehingga anak bisa masuk dan menjadi karakter dalam cerita tersebut, mengenali karakter dalam cerita, dan belajar memecahkan masalah.
"Ini bisa dipraktikkan segi pedagogi pedidikan anak usia dini, dengan praktik sederhana yang bisa diterapkan oleh guru atau orang tua di sekolah maupun di rumah," ungkap Maila.
Menurut Maila, contoh sederhana praktik pedagogi tersebut dapat dibuat pojok bacaan bagi anak baik di rumah maupun sekolah. Di pojok bacaan, perlu dilengkapi dengan karpet dan bantal, agar anak bisa lebih rileks dan santai saat mendengar cerita jika dibacakan maupun saat anak secara mandiri membaca cerita. Contoh lainnya, membiasakan anak membaca pelan-pelan dan membaca dengan medium simbol-simbol termasuk dengan medium gambar.
"Dengan demikian, anak tidak hanya membaca huruf demi huruf tetapi juga membaca makna demi makna. Contoh lain yaitu sebelum memulai pelajaran di kelas, kita mulai dengan bernafas kemudian membaca cerita dan merefleksikan cerita," tuturnya.
Maila melanjutkan, memang ada beberapa tantangan utama dalam mengintegrasikan seni, cerita, dan mindful reading ke dalam pembelajaran PAUD. Misalnya, untuk sekolah yang memiliki anak didik cukup banyak memiliki tantangan yaitu anak akan asik sendiri ketika cerita dibacakan oleh guru atau oleh anak didik lainnya. Oleh karena itu, untuk mindful reading cerita di sekolah maka sebaiknya dengan anak sejumlah 10 orang. Tantangan lainnya, ada kalanya sekolah tidak memiliki ruangan untuk pojok bacaan.
"Oleh karena itu, guru dan juga sekolah bisa mengelolanya misalnya bisa membagi sesi berceritanya atau sekolah menyediakan fasilitasi yang paling tidak mencukupi untuk semua anak-anak," beber Maila.
Maila yang juga Lead Researcher Dharmaila Center menambahkan, dia akan terus mengembangkan program mindful reading melalui Dharmaila Center. Bahkan, tim riset Dharmaila Center sedang menyusun modul terstruktur dan menyiapkan pelatihan bagi guru PAUD serta pendidikan dasar.
"Modul dan pelatihan ini kami siapkan agar pendekatan napas teratur dan bacaan berkesadaran dapat diadopsi secara luas," tandas Maila.
Kids Biennale Indonesia 2025 merupakan festival seni dua tahunan berskala nasional dan internasional yang mengundang partisipasi anak-anak, termasuk peserta berkebutuhan khusus hingga usia 22 tahun. Festival ini menampilkan 142 karya terkurasi seperti lukisan, instalasi, fotografi, film pendek, dan wayang cilik yang lebih dari 1.026 kiriman karya anak usia 6–17 tahun. Selain pameran, terdapat lokakarya kreatif, pemutaran film, paint by number, pertunjukan wayang, dan dialog lintas generasi yang dirancang inklusif berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara: Cipta, Rasa, Karsa.
Pendiri merangkap Direktur Kids Biennale Indonesia Gie Sanjaya mengungkapkan, festival Kids Biennale Indonesia 2025 bertujuan memberikan ruang aman bagi ekspresi batin anak, memperkuat empati, dan membangun ketahanan psikologis melalui bahasa seni. Gie menjelaskan, pihaknya mengusung tema “Tumbuh Tanpa Takut” karena tema ini menggarisbawahi tiga isu yaitu kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi. Tema ini juga dimaksudkan untuk memantik anak agar bisa melawan rasa takut mereka dan tumbuh dengan kepercayaan diri.
"Respons atau partisipasi publik dalam hal ini anak-anak sangat luar biasa terhadap kegiatan Kids Biennale Indonesia 2025. Ini terlihat dari anak-anak yang submit ada total 1.026 karya. Dan, anak-anak Indonesia cukup lugas untuk mempresentasikan karya-karyanya lewat seni lintas disipliner," kata Gie.
Dia menambahkan, pihaknya akan menindaklanjuti hasil kegiatan Kids Biennale Indonesia 2025 dan respons para pengunjung dengan program lanjutan berupa program go international pada dua tahun mendatang untuk l memperluas jaringan dan dampak pada pendidikan multikultural. Gie berharap suara anak-anak dan remaja Indonesia bisa menjadi energi positif bagi Kids Biennale Indonesia bergerak menghadirkan dampak positif bagi anak-anak dan remaja Indonesia hingga ke kancah internasional.
"Mudah-mudahan melalui suara anak-anak dan remaja, kita bisa bergerak bersama dan menyuarakan hati anak dunia," ucap Gie.
Penulis buku "Cahaya Menjadi Jutawan" Ida Ahdiah berpandangan, buku dan cerita adalah sarana bagi setiap anak berinteraksi satu sama lain dan lintas wilayah. Cerita dan seni memiliki keterhubungan satu sama lain. Bahkan, kadang kala seni tidak hanya muncul dari seorang seniman tetapi juga bisa dari profesi apapun. Dia mencontohkan, buku cerita anak yang dia tulis ternyata profesi sebenarnya ilustrator buku Ida tersebut adalah seorang dokter.
"Sebagai penulis, saya selalu terpanggil untuk menyampaikan nilai-nilai positif untuk anak memahami dunia sekitar dan dunia di luar dirinya tentu saja. Saya berharap juga bahwa cerita yang saya tulis ini menjadi ruang aman bagi anak untuk tumbuh, berani, dan sehat," ungkap Ida.
Dia menjelaskan, untuk menulis cerita yang bermakna bagi anak maka modal utamanya adalah membaca, mendengarkan, mengamati atau mengalami langsung, menentukan tema, hingga disiplin dan tidak boleh bersikap menunda-nunda penulis cerita. Inspirasi cerita dapat didapati bahkan dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar.
"Jadi, mulai saja menulis, jangan menunda-nunda," kata Ida.
Peneliti Dharmaila Center Yeni Ratna Yuningsih. mengungkapkan, karya satra seperti cerita dan karya seni merupakan bagian penting dan memiliki kekuatan bagi seseorang termasuk anak. Menurut Yeni, berbagai karya seni yang dihadirkan anak-anak Indonesia dalam festival Kids Biennale Indonesia 2025 telah menunjukkan adanya kreativitas, kepekaan emosional, empati, dan kekuatan katarsis. Yeni menjelaskan, seni sebagai kekuatan katarsis maksudnya yakni kekuatan untuk pembersihan residu dalam jiwa dan emosi di mana orang merasa terwakili secara emosi.
"Ketika kita menikmati sebuah karya seni, misalnya, ketika kita menonton film atau membaca novel atau membaca puisi atau menyimak puisi, itu orang bisa menangis tersedu-sedu atau senyum-senyum sendiri. Padahal misalnya apa yang kita nonton itu adalah fiksi bukan kenyataan sebenarnya. Nah, kenapa orang bisa punya koneksi terhadap karya satra ataupun terhadap karya seni, itu karena kekuatan katarsis itu," ujar Yeni.
Mahasiswi Semester 6 Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Deniz Ma'rifah berpandangan, materi yang dipaparkan oleh Prof. Maila Dinia Husni Rahiem telah menunjukkan bahwa cerita menjadi sumber kekuatan bagi anak dan ruang aman bagi anak. Bagi Deniz, materi tersebut juga bagus dan sangat diperlukan bagi Deniz dan teman-temannya yang merupakan calon guru PAUD. Musababnya, metode pengajaran dengan cerita dan mindful reading dapat mengembangkan kognitif, kreativitas, dan imajinasi anak.
"Nanti saya akan menerapkan pelajaran tentang ruang aman lewat cerita dan mindful reading ke dalam praktik mengajar PAUD dengan model drama storrytelling maupun kelompok diskusi di mana saya menanyakan perasaan anak, apa yang kalian ketahui tentang cerita tersebut atau karakter peran dari cerita tersebut," kata Deniz. (P-4)
Kegiatan ini bertujuan untuk menjadi platform seni yang inklusif, berskala nasional dan internasional, yang diselenggarakan setiap dua tahun, dan ditujukan khusus bagi anak
Kids Biennale mengajak publik untuk memahami dunia batin anak-anak melalui bahasa yang mereka kuasai: seni.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved