Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
KOORDINATOR Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji menyebut fokus Utama MPLS adalah membangun fondasi, bukan sekadar formalitas.
Menurutnya, pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) besok bukan sekadar agenda rutin tahunan, melainkan momen krusial untuk membentuk fondasi awal bagi peserta didik baru.
"Fokus utama kita adalah menciptakan pengalaman yang bermakna dan transformatif, jauh dari kesan formalitas atau bahkan perpeloncoan yang kerap disalahartikan. Kita perlu memastikan bahwa setiap sesi, setiap interaksi, berkontribusi pada penciptaan lingkungan yang mendukung dan inklusif," kata Ubaid kepada Media Indonesia, Minggu (13/7).
Prioritas pertama adalah integrasi sosial. Banyak peserta didik baru datang dari latar belakang yang berbeda, dengan tingkat kepercayaan diri yang beragam. Oleh karena itu, sekolah harus menekan pada aktivitas yang memfasilitasi interaksi positif antar mereka. Menurut Ubaid, ini bukan hanya tentang mengenal nama, tetapi lebih dalam lagi, tentang membangun rasa kebersamaan dan kepemilikan.
"Bagaimana kita bisa mendorong mereka untuk merasa menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga besar sekolah ini sejak hari pertama? Libatkan kakak kelas yang sudah diseleksi dan dibimbing dengan baik untuk menjadi fasilitator, bukan sekadar 'senior'. Mereka bisa menjadi jembatan emosional bagi adik-adiknya," katanya.
Kedua, pengenalan budaya dan nilai sekolah. MPLS adalah kesempatan emas untuk menanamkan identitas sekolah kita.
"Apa yang membedakan sekolah ini? Apa nilai-nilai luhur yang kita junjung tinggi? Ini bukan tentang menghafal tata tertib, tetapi tentang internalisasi esensi dari aturan dan norma yang ada," ujar Ubaid.
"Jelaskan filosofi di balik setiap kebijakan, sampaikan kisah-kisah inspiratif tentang alumni atau tradisi sekolah yang patut dilanjutkan. Buatlah mereka bangga menjadi bagian dari komunitas ini," imbuhnya.
Ketiga, pengembangan potensi dini. Meskipun singkat, MPLS bisa menjadi titik awal untuk mengidentifikasi minat dan bakat peserta didik. Perkenalkan berbagai ekstrakurikuler dan program pengembangan diri yang tersedia. Namun, jangan sekadar daftar.
"Ajak mereka berinteraksi dengan perwakilan setiap program, berikan gambaran nyata tentang kegiatan yang akan mereka ikuti. Tujuan kita adalah memicu rasa ingin tahu dan semangat eksplorasi dalam diri mereka, sehingga mereka termotivasi untuk mengembangkan diri secara holistik," jelasnya.
Terakhir yang sangat penting, lanjutnya, adalah menciptakan lingkungan sekolah yg ramah anak. Sekolah harus memastikan tidak ada kekerasan di sekolah.
"Murid dikenalkan dengan TPPK untk pencegahan dan penanggulangan kekerasan di sekolah. Termasuk jika terjadi kekerasan selama MPLS, murid tahu harus melapor ke siapa dan ke mana harus melpor. Penguatan sekolah yg ramah anak ini akan terus berkelanjutan pasca MPLS," pungkasnya. (H-1)
HARI pertama di sekolah menengah bukan sekadar perpindahan ruang belajar, melainkan juga lompatan emosional bagi anak-anak yang baru meninggalkan masa kecil mereka di bangku sekolah dasar.
Didik Suhardi menyampaikan apresiasi atas komitmen SMAN 3, SMAN 6 dan SMAN 8 Tangsel serta masyarakat sekitar dalam menjaga pelaksanaan pendidikan.
MPLS membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya.
MPLS juga mengusung Program Pancawaluya untuk 481 siswa kelas X yang digelar di gedung olahraga sekolah.
Kegiatan MPLS peserta didik baru SMA Negeri 1 Karanganom, digelar di Gedung Indoor Sasana Krida Wandawa.
Menurutnya, peran sekolah sangat penting bagi tumbuh kembang anak dalam proses pembelajaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved