Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Kakapo, Burung Beo Tak Bisa Terbang Asal Selandia Baru yang Nyaris Punah

Thalatie K Yani
13/7/2025 06:24
Kakapo, Burung Beo Tak Bisa Terbang Asal Selandia Baru yang Nyaris Punah
Kakapo adalah burung beo terbesar di dunia yang tak bisa terbang dan hanya ditemukan di Selandia Baru.(Department of Conservation)

KAKAPO adalah burung beo besar yang tak bisa terbang dan hanya ditemukan di Selandia Baru. Hal pertama yang mencuri perhatian dari burung ini adalah tubuhnya yang bulat dan menggemaskan. 

Dengan wajah mirip burung hantu, kepala bulat, tubuh tambun, serta kaki yang kokoh, kakapo menjadi spesies beo terbesar di dunia. Pejantan bisa tumbuh hingga 64 cm dan beratnya mendekati 4 kg.

Nama "kakapo" berasal dari bahasa Maori yang berarti "burung malam", merujuk pada kebiasaannya yang aktif di malam hari. Meski tak bisa terbang, kakapo adalah pejalan tangguh dan pemanjat yang gesit. Mereka mampu memanjat pohon dan bahkan melompat dari satu dahan ke dahan lain dengan bantuan sayap pendek mereka untuk menjaga keseimbangan.

Saat merasa terancam, kakapo akan diam membatu. Pola bulu hijau zamrud mereka menyatu sempurna dengan latar dedaunan hutan, membuat mereka nyaris tak terlihat. Uniknya lagi, pejantan memiliki aroma tubuh khas yang digambarkan para ilmuwan sebagai “manis dan beraroma tumbuhan”, yang kemungkinan membantu mereka menarik perhatian betina.

Ritual Kawin yang Tak Biasa

Kakapo adalah satu-satunya spesies beo yang melakukan lekking, ritual kawin di mana pejantan memanggil betina dari area tertentu yang mereka siapkan seperti panggung. Mereka membentuk cekungan di tanah dan mengeluarkan suara menggetarkan berupa “booming” rendah mirip tuba, diselingi dengan suara melengking "ching". Ritual ini bisa berlangsung delapan jam setiap malam, berulang selama dua hingga tiga bulan.

Namun, jika tak kunjung menarik perhatian betina, beberapa pejantan diketahui "salah sasaran". Dalam buku Last Chance to See, penulis Douglas Adams menceritakan pengalaman lucunya saat seekor kakapo mencoba "menyerang" topi yang tertinggal di tanah. 

Seekor kakapo jantan bernama Sirocco terkenal karena kegemarannya mencoba kawin dengan kepala manusia. Para peneliti sampai menciptakan “helm ejakulasi” khusus dari karet untuk mengumpulkan spermanya demi keperluan inseminasi buatan.

Ancaman Kepunahan dan Upaya Penyelamatan

Kakapo berkembang bebas di Selandia Baru selama jutaan tahun tanpa predator alami. Namun, sejak kedatangan manusia Polinesia sekitar 700 tahun lalu, jumlah mereka mulai menurun. Kondisi makin memburuk saat bangsa Eropa tiba pada awal 1800-an, membawa predator seperti tikus, kucing, dan musang, serta melakukan deforestasi besar-besaran.

Pada 1970-an, populasi kakapo nyaris punah. Namun, para konservasionis berhasil menemukan sekitar 200 ekor dan memulai program penyelamatan besar-besaran. Kakapo kemudian dipindahkan ke tiga pulau bebas predator. Berkat upaya ini, saat ini terdapat sekitar 242 ekor kakapo di alam liar.

Meski jumlahnya masih sangat sedikit dan statusnya diklasifikasikan sebagai kritis, kakapo adalah bukti bahwa satwa liar bisa tetap bertahan jika diberikan ruang dan perlindungan. (Live Science/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya