Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
BANYAK misionaris yang datang ke wilayah Indonesia dan memilih hidup serta tinggal bersama masyarakat yang disinggahinya sampai sekarang. Salah satunya ialah Carolyn Crockett. Carolyn berasal dari Kanada. Ia telah mengabdi untuk Indonesia khusus di daerah pedalaman Papua, tepatnya di Daboto sejak 2000.
Di Daboto, Caroline bersama suaminya mengajarkan Suku Moi, belajar firman Tuhan serta membaca dan menulis. Pasalnya, suku itu belum tersentuh sama sekali dengan pendidikan. Mereka masih hidup berdasarkan adat dan kebiasaan leluhur tanpa ada agama yang menjadi jalan kebenaran. Selain itu, mereka buta huruf.
Untuk itu, Carolyn dan suami mengajarkan mereka Alfa-Beth dalam bahasa daerah Moi, sebab mereka tidak memahami bahasa Indonesia. Maka guna melancarkan niat tersebut, ia dan suami pun harus belajar bahasa Moi selama dua tahun.
"Waktu kami datang pertama itu 1998. Kami sangat kesulitan. Mereka tidak bisa bicara bahasa Indonesia sama sekali. Mereka hanya mengunakan bahasa Suku Moi. Jadi, kami selama dua tahun harus kursus bahasa daerah mereka dulu (bahasa Moi), sehingga baru pada 2000 mulai sampaikan firman Tuhan dalam bahasa daerah mereka bukan bahasa Indonesia," kata Carolyn ketika berkunjung ke Jakarta, Sabtu (19/11).
Carolyn mengaku, suaminya selama di sana berusaha menerjemahkan kitab suci ke dalam bahasa Moi. Dengan tujuan memudahkan mereka menyampaikan firman Tuhan kepada warga setempat.
Selanjutnya, ibu dua anak ini juga menuturkan, sebelum kembali ke Indonesia, ia sebetulnya pernah tinggal di Indonesia mengikuti kedua orangtuanya yang juga merupakan misonaris bertugas di pedalaman Sulawesi. Jadi, ia memahami bahasa Indonesia dan fasih berbahasa daerah suku pedalaman tersebut.
Pengalaman pernah di Indonesia menjadi pertimbangan yayasan untuk kembali mengutus ia dan suami ke Indonesia. Padahal, awalnya ia telah ditugaskan ke daerah pedalaman Papua Nugini.
"Tujuan kami awalnya itu ke Papua Nugini, tapi mereka dari yayasan tahu jika saya dari kecil pernah di Indonesia. Setidaknya bisa berbahasa Indonesia walau hanya bahasa pasar. Jadi mereka merasa lebih gampang ke Papua. Saya bisa menjadi kunci rombongan kami. Sebab saat itu suami dan kakak saya tidak bisa bahasa Indonesia sama sekali," ucapnya.
Carolyn menuturkan, mereka meninggalkan AS pada 1998 mengunakan helikopter langsung menuju Papua. Saat itu masih sangat sulit mendaratkan helikopter karena tidak ada bandara. Mereka terpaksa mendarat di lapangan.
Ia mengaku, ketika tiba di Papua sempat ada rasa khawatir akan respons suku asli Papua. Untuk itu, ia dan rombongan langsung mencari rumah kepala suku untuk meminta izin. Pasalnya sebelum ke Papua, ia telah mendengar cerita jika banyak misionaris yang dibunuh oleh suku setempat.
Misionaris yang fasih berbahasa Indonesia dan bahasa daerah Moi ini juga menuturkan, mereka diterima oleh Suku Moi. Sejak saat itu, ia dan suami serta kakaknya mulai mengajar firman Tuhan kepada masyarakat setempat setelah dua tahun mengikuti kursus bahasa daerah Moi.
Selama di pendalaman Daboto, selain mengajarkan firman Tuhan, Carolyn juga mengajarkan warga membaca dan menulis sehingga warga bisa memahami firman Tuhan.
Untuk itu, ia sangat senang ketika Yayasan Pendidkan Harapan Papua (YPPH) datang dan membangun sekolah untuk anak setempat. Sebab, hadirnya sekolah dari YPHP dengan guru-guru yang berkualitas tentu depot mengubah nasib anak pedalaman Papua.
Carolyn menuturkan, anak-anak di pedalaman Papua sesungguhnya tergolong orang pintar. Mereka sangat pandai dan cepat belajar. Maka dengan kemampuan yang begitu jika diberikan kesempatan dapat menjadi pemimpin masa depan.
Untuk itu, ia menilai keberadaan sekolah di daerah tersebut merupakan kebutuhan yang mendasar karena melalui sekolah mereka dapat diajarkan baca tulis. Sehingga dapat memudahkan mereka belajar dan memahami firman Tuhan.
(RO/OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved