Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Selain Usia, Ini yang Perlu Dipersiapkan Saat Anak Masuk Sekolah

Basuki Eka Purnama
19/6/2025 06:11
Selain Usia, Ini yang Perlu Dipersiapkan Saat Anak Masuk Sekolah
Ilustrasi--Sejumlah siswa mengikuti pelajaran di SDN Karet 01, Jakarta, Senin (8/7/2024).(ANTARA/Bayu Pratama S)

PSIKOLOG klinis anak dan remaja lulusan Universitas Padjajaran Michelle Brigitta Shanny mengatakan, selain usia, banyak yang perlu diperhatikan orangtua untuk mempersiapkan anak masuk ke lingkungan sekolah.

Michelle, Rabu (18/6), mengatakan membangun rutinitas yang konsisten mulai dari bangun tidur hingga kemandirian anak untuk mengurus dirinya sendiri sudah harus menjadi perhatian orangtua ketika memasukkan anak ke lingkungan akademik.

"Apalagi saat sudah mulai masuk SD yang guru itu kan sudah enggak cuman perhatiin satu anak aja ya tapi banyak anak dalam satu
kelas," kata Michelle.

Dia mengatakan, saat anak mulai masuk SD sudah mulai harus lebih mandiri misalnya dari segi makan, butuh ke toilet sudah bisa mulai ngomong sama gurunya, memakai sepatu sendiri , dan bisa merapikan tasnya atau barangnya sendiri.

Psikolog di Vajra Gandaria ini mengatakan, keterampilan sosial juga menjadi hal mendasar yang perlu diperhatikan orangtua, apakah anak sudah bisa menjalin interaksi atau komunikasi dengan baik dengan teman sebayanya, menunggu giliran bermain dan apakah bisa mengatasi konflik-konflik sederhana saat bermain.

Interaksi anak ke guru juga perlu diperhatikan saat anak meminta bantuan dengan sopan atau cara menyapa teman sebaya. 

Selain itu, perkembangan emosionalnya juga penting untuk melihat bagaimana anak meregulasi emosinya ketika ada hal yang kurang nyaman di lingkungannya.

"Apakah dia langsung nangis, langsung marah besar atau langsung nyerang temennya secara agresif ketika ada hal yang nggak sesuai dengan
keinginan dia, nah diharapkan dia udah bisa belajar menyampaikan perasaan, emosi, kebutuhan, keinginannya itu dengan kata-kata bukan lagi dengan agresivitas, misalnya juga dengan cari bantuan ke orang yang lebih dewasa," jelasnya.

Michelle mengatakan kemampuan sosial juga termasuk dengan melihat kemampuan memahami instruksi (reseptif) dan kemampuan untuk menyampaikan kebutuhan atau kemampuan ekspresif yang fungsional.

Hal ini penting karena nantinya anak bisa bercerita dengan teman, guru, serta bisa berkomunikasi sehari-hari dan menjawab pertanyaan guru atau teman.

Dengan kemampuan reseptif dan ekspresif, diharapkan anak juga bisa melakukan percakapan bergiliran dua arah, mendengarkan serta bisa meminta tolong secara verbal dengan baik. (Ant/Z-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya