Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
EMAS merupakan logam berat yang langka di Bumi, terbentuk di luar angkasa saat dua bintang neutron bertabrakan. Namun, seberapa langka sebenarnya emas di planet kita, dan berapa banyak jumlahnya saat ini?
Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), manusia telah menambang sekitar 206.000 ton emas sepanjang sejarah. Mayoritasnya digunakan untuk perhiasan. Sementara itu, Dewan Emas Dunia (World Gold Council) mencatat angka yang lebih tinggi, yakni 238.391 ton emas telah ditambang, cukup untuk membentuk kubus emas setinggi 22 meter.
Dari total emas tersebut:
Meski sebagian besar emas yang ekonomis telah ditambang, masih ada cadangan emas yang layak dieksplorasi. USGS memperkirakan terdapat sekitar 70.550 ton emas yang masih tersimpan di dalam kerak Bumi dan dapat ditambang secara ekonomis. Negara dengan cadangan terbesar antara lain Rusia, Australia, dan Afrika Selatan. Namun, Tiongkok menjadi negara penghasil emas terbesar pada 2024.
Dewan Emas Dunia, yang bekerja sama dengan konsultan Metals Focus, memisahkan antara:
Mereka mencatat cadangan emas dunia sekitar 60.370 ton, dan sumber daya sekitar 145.626 ton.
Gabungan data USGS dan World Gold Council menunjukkan total emas yang telah ditambang dan yang diketahui ada di kerak bumi mencapai 277.000 hingga 299.000 ton. Namun, angka ini masih menyimpan ketidakpastian.
Fakta yang mengejutkan, sebagian besar emas di Bumi tidak berada di kerak atau permukaan, melainkan terkunci jauh di inti planet. Konsentrasi emas di kerak Bumi hanya sekitar 4 bagian per miliar—setara 0,004 gram per ton batuan. Totalnya sekitar 441 juta ton emas tersebar tipis di kerak, menurut The Royal Mint.
Namun, itu belum seberapa dibanding jumlah emas yang berada di inti bumi. Para ahli memperkirakan 99% emas dunia terkubur di inti, cukup untuk melapisi seluruh permukaan Bumi setebal 0,5 meter.
Menurut Dr. Chris Voisey, ahli geologi endapan bijih dari Monash University, saat Bumi masih berupa massa cair miliaran tahun lalu, emas tenggelam ke inti karena berat jenisnya tinggi. Sisa 0,5% emas yang kini ditambang berasal dari tabrakan meteorit dalam peristiwa Late Heavy Bombardment sekitar 4,1 hingga 3,8 miliar tahun lalu.
“Emas yang kita temukan saat ini berasal dari material luar angkasa yang datang setelah kerak bumi terbentuk,” jelas Voisey dalam wawancara dengan Live Science.
Menurut Voisey, sulit—jika bukan mustahil—untuk mengetahui jumlah pasti emas yang ada di Bumi atau yang belum ditemukan. Pengiriman emas dari luar angkasa juga saat ini dianggap sangat kecil dan tidak signifikan.
"Emas di Bumi tidak bertambah, hanya berpindah lokasi karena proses geologi," ujarnya.
Dengan demikian, meski emas tampak berlimpah dalam bentuk perhiasan dan investasi, kenyataannya logam mulia ini masih menjadi salah satu sumber daya paling langka dan sulit diakses di planet kita. (Live Science/Z-2)
PT Aneka Tambang (Antam) melakukan pembaruan besar (revamp) terhadap aplikasi mobile Antam Logam Mulia.
Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tidak mengalami perubahan dibandingkan hari sebelumnya.
Harga jual kembali (buyback) emas batangan turut turun menjadi Rp1.608.000 per gram.
Asteroid sering kali disebut sebagai 'tambang luar angkasa' karena banyak mengandung material berharga, termasuk logam mulia seperti emas, platinum, dan nikel.
Buyback emas PT Antam Tbk dengan nominal lebih dari Rp10 juta, dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 sebesar 1,5 persen untuk pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan 3% untuk non-NPWP.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved