Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
INDONESIA memiliki peluang investasi yang besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta inovasi.
Selain ditopang dengan potensi sumber daya alam (SDA) nan melimpah, jumlah peneliti pun tidak terlalu rendah dengan prevalensi 1.071 per sejuta penduduk.
Hanya, menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko, produktivitas peneliti masih sangat rendah, yaitu sekitar 0,02% dari angka ideal 15%.
Padahal, untuk menciptakan suatu inovasi, dibutuhkan riset yang berkualitas.
"Ini masalahnya. Pemerintah terus mendorong ke arah inovasi, sedangkan produktivitas peneliti kita saja masih sangat rendah," ujarnya dalam kegiatan workshop bertajuk European Research Day ASEAN 2016 di Hotel Crowne Plaza, Jakarta, kemarin.
Handoko menilai penguatan kapasitas dan kompetensi peneliti baik di lembaga penelitian ataupun perguruan tinggi menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Terlebih jika Indonesia ingin bersaing di pasar bebas ASEAN yang sangat menuntut inovasi berdaya saing.
Namun, yang terpenting, ungkap dia, ialah lebih dahulu Indonesia perlu membangun budaya riset yang kondusif terutama di kalangan peneliti muda.
Kendati tak dimungkiri, hingga kini masih banyak kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kemauan serta kemampuan riset anak bangsa.
"Selain literasi iptek kita yang masih rendah, juga masih ada gap (celah) antara penelitian dan inovasi. Itu disebabkan dari dulu kita dipaksa melompat buat inovasi, tapi risetnya diabaikan," tukasnya.
Padahal, sebagai mitra terbesar kedua dan investor terbesar ASEAN, Indonesia semestinya bisa selangkah lebih maju jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Setidaknya, mayoritas inovasi riset yang dihasilkan harus bisa aplikatif.
Jalin kerja sama
Handoko mengutarakan, dalam 10 tahun terakhir, para peneliti ASEAN telah melipatgandakan andil mereka pada kajian-kajian ilmiah dunia. Tanpa terkecuali Indonesia yang ikut melakukan kerja sama penelitian dengan sejumlah negara.
"Seperti kita ketahui, sudah banyak peneliti kita yang mendapatkan Marie Sklodowska-Curie Actions Program (MSCA) dan berhasil mengembangkan penelitian mereka ke arah inovasi," paparnya.
Duta Besar Misi Uni Eropa untuk ASEAN Francisco Fontan Pardo menerangkan Uni Eropa dan Asean telah terlibat dalam hubungan politik dan ekonomi atas dasar kepercayaan, saling menghormati kepentingan, serta mengusung nilai-nilai kebersamaan.
LIPI dan Uni Eropa, imbuhnya, perlu bekerja sama dalam mempermudah peneliti untuk memungkinkan perluasan wawasan, antara lain lewat kegiatan workshop yang berfokus pada pelatihan mengenai aspek ilmu komunikasi yang efektif.
"Penting sekali karena para peneliti bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan, belajar pendekatan yang berbeda dalam hal meneliti, serta mengembangkan situasi lokal untuk mengatasi persoalan global," tandasnya. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved