Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SETELAH bertahun-tahun dianggap jejak aliran air asin, misteri guratan gelap yang kerap muncul di lereng curam Mars akhirnya terkuak. Analisis mendalam menggunakan kecerdasan buatan (AI) terhadap lebih dari 86.000 citra resolusi tinggi dari wahana Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) menunjukkan bahwa guratan tersebut bukan disebabkan oleh air, melainkan longsoran debu kering yang dipicu oleh angin dan dinamika permukaan.
Tim peneliti dari University of Bern dan Brown University memanfaatkan machine learning untuk memetakan hampir 500.000 guratan di permukaan Mars — jumlah terbanyak yang pernah dikatalogkan dalam satu studi. AI dilatih untuk mengenali pola guratan tersebut, lalu hasilnya dibandingkan dengan data lingkungan seperti suhu, kecepatan angin, tingkat hidrasi, dan aktivitas longsor.
“Setelah memetakan secara global, kami mencocokkannya dengan variabel-variabel lingkungan. Tidak ada bukti keberadaan air cair. Sebaliknya, guratan ini berkaitan erat dengan tumpukan debu dan hembusan angin kencang,” jelas Valentin Bickel, peneliti pascadoktoral dari University of Bern.
Analisis mengungkap guratan paling sering muncul di wilayah berdebu dekat ekuator, tempat angin bertiup kencang dan akumulasi debu tinggi. Tak ada korelasi signifikan dengan suhu atau kelembapan yang bisa mendukung keberadaan air.
Penelitian menyimpulkan, guratan terbentuk karena lapisan debu tipis yang meluncur menuruni lereng curam — bukan oleh aliran air asin atau pencairan es.
“Kami meneliti fitur ini dengan harapan menemukan tanda-tanda air cair, tapi hasilnya justru memperkuat hipotesis bahwa guratan ini berasal dari proses kering,” kata Adomas Valantinas dari Brown University.
Penemuan ini berpotensi mengubah arah pencarian kehidupan di Mars dan meredam kekhawatiran kontaminasi pada wilayah yang sebelumnya dianggap mengandung air. Selain itu, studi ini menyoroti peran revolusioner AI dalam menjelajahi misteri planet lain — cepat, efisien, dan tanpa biaya misi langsung. (NASA APPEL, 1950.ai, Daily Galaxy, Live Science, Universe Magazine/Z-10)
Debu yang mengandung senyawa beracun, seperti silikat dan perklorat, memiliki ukuran yang cukup kecil untuk melewati sistem pertahanan tubuh manusia dan masuk ke dalam aliran darah.
Penelitian terbaru mengungkap debu di Mars mengandung zat beracun seperti silika, perklorat, dan oksida besi nano yang dapat membahayakan kesehatan astronot.
Debu bulan yang abrasif menjadi tantangan selama misi Apollo, mendorong penelitian NASA untuk melindungi astronaut dan teknologi.
Musik dari lagu ini juga memiliki karakter pop melayu yang berbeda dengan banyak lagu yang beredar saat ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved