Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENGUATAN dan pengondisian iklim penelitian yang lebih ideal secara nasional dapat dilakukan salah satunya dengan mengaitkannya dengan regulasi pengadaan barang dan jasa pemerintah. Untuk itu, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) mengusulkan agar Peraturan Presiden No 4/2015 tentang Perubahan Keempat atas Perpres No 54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah direvisi. Salah satunya dengan memasukkan komponen penelitian.
Menurut Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristek Dikti Jumain Appe bahwa hal itu sangat penting, mengingat produk barang/jasa hasil penelitian selama ini sulit dikomersialisasi karena tingkat kandungan lokal dalam negeri (TKDN) yang masih rendah. "Di kita itu yang TKDN-nya tinggi produk alat kesehatan, seperti tempat tidur bisa 65%. Tapi kalau mobil, misalnya, daya jualnya tinggi di pasaran itu bukan karena TKDN-nya tinggi, tapi teknologi impornya yang sampai 70%," ujarnya dalam jumpa pers Indonesia Innovations and Innovators Expo 2016 di Jakarta, kemarin.
Padahal, ujar Jumain, jika Indonesia ingin mencapai kemandirian bangsa, mestinya lebih banyak mengandalkan kemampuan dalam negeri. Apalagi, potensi sumber daya di Tanah Air begitu melimpah dan bisa dimanfaatkan untuk penelitian. Lebih lanjut dikatakan, dengan adanya perubahan kebijakan tersebut, penelitian nantinya diharapkan akan mampu menaikkan TKDN barang/jasa sebesar 20-35%. Pun, inovasi yang dihasilkan akan terus berkembang dan dira-skan manfaatnya oleh masyarakat luas.
"Yang sebetulnya sangat berat memang di tahap prakomersialisasi. Itulah yang sedang kami upayakan dengan mengusulkan perubahan kebijakan," terang Jumain.
Di samping itu, imbuhnya, Kemenristek Dikti akan berusaha menggandeng perusahaan serta kementerian/lembaga (K/L) untuk memanfaatkan produk hasil inovasi anak bangsa. Semisal, water plifier yang sangat berguna sebagai pengganti air mi-neral komersial.
Menurut Jumain, ketimbang membeli air mineral yang berasal dari perusahaan pengguna teknologi asing, lebih baik menggunakan produk dalam negeri. Selain mendukung kemajuan teknologi temuan generasi penerus, juga ditaksir akan lebih hemat. "Hitung-hitungannya kalau kita beli water plifier harga Rp4 juta, tidak perlu repot masak air karena bisa langsung minum dari keran. Coba, sebulan beli produk air mineral kemasan itu berapa," paparnya.
Cetak peneliti
Namun, terlepas dari itu, imbuh Jumain, pemerintah tidak hanya fokus pada penelitian yang sudah ada, tapi juga terus berupaya mendorong agar muncul peneliti-peneliti muda berbakat dengan hasil penelitian yang layak dikomersialkan.
"Kita tahu, Kemendikbud punya program satu tahun untuk memberikan pendidikan kewirausahaan pada siswa SMK. Di pendidikan tinggi, kita juga lebih menitikberatkan pada pendidikan vokasi," tegasnya.
Pengamat pendidikan Totok Amin Soefijanto menilai pemerintah masih perlu mempersiapkan tenaga pendidik alias dosen yang cakap kewirausahaan. Pasalnya dosen pendidikan sarjana hingga doktor pun belum banyak yang menguasai bidang tersebut. "Metode penelitian saja masih banyak yang belum paham, bagaimana mau mencetak peneliti yang andal. Harusnya dibekali dulu dosennya dengan kompetensi itu sembari mengajarkan kepada mahasiswa," pungkasnya. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved