Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Kredit Air dan Sanitasi

Fario Untung Tanu
12/11/2016 02:29
Kredit Air dan Sanitasi
(MI/SUMARYANTO)

TAK bisa dimungkiri lagi, air adalah kebutuhan pokok hidup setiap manusia.

Tanpa air, manusia dipastikan tidak akan bisa hidup. Namun, sejumlah daerah di Indonesia masih kesulitan akses air bersih.

Salah satunya Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Di sana, warga harus mengantre hingga beberapa hari atau membeli air dengan harga mahal.

"Musim kemarau itu jelas yang paling sulit. Jadi masyarakat harus mengambil air di sebuah sumur yang jaraknya cukup jauh karena berada di dalam kampung dan itu harus mengantre dari tengah malam," tutur warga setempat bernama Yeni Puspita.

Jika ingin membeli air bersih, Yeni bersama warga lain harus mengeluarkan uang sampai dengan Rp200 ribu untuk satu tangki air.

"Kalau beli sih satu tangkinya Rp150 ribu-Rp200 ribu buat satu minggu," sambung Yeni.

Direktur Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kecamatan Purwodadi, Koesnanto, melihat kesulitan air di daerah Grobogan itu.

Akhirnya, BPR BKK Purwodadi melucurkan fasilitas kredit air untuk mempermudah masyarakat mendapatkan akses air bersih.

Penyaluran kredit itu mendapat apresiasi dari pemerintah.

"Ada dua sebenarnya kekurangan air di Jawa Tengah itu kita dorong dengan rekayasa. Yang pertama bantuan dari pemerintah, yang kedua bagaimana masyarakat menguatkan dirinya sendiri melalui sebuah terobosan terbaru," ujar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Menurutnya, terobosan dari BPR BKK Purwodadi di Grobogan menarik.

Terobosan itu menurutnya sangat bermanfaat bagi banyak orang untuk dapat mengakses air bersih.

"Dia mencoba menawarkan satu terobosan yang menurut saya sangat menarik, ada pemberian kredit akses air bersih yang menurut saya keren," ucap Ganjar.

Kredit air itu diberikan kepada perorangan atau kelompok untuk menumbuhkan fasilitas yang berhubungan dengan air dan sanitasi, seperti pembuatan saluran air dan pembuatan jamban.

Selain itu, ada edukasi bagi warga, di antaranya bagaimana cara pembuatan jamban yang baik.

"Alhamdullilah ini baru dipasang pipa paralonnya udah pada senang. Membayangkan nantinya itu cukup pakai keran, enggak usah ngambil air sampai malam-malam sampai antre. Alhamdullilah nanti sangat membantu sekali," ujar Koesnanto.

Sejak program itu diluncurkan pada 15 Mei 2015, penerima manfaat dari kredit air sudah mencapai 8.649 jiwa.

Melihat respons tersebut, BPR BKK Purwodadi menargetkan 12 ribu jiwa penerima manfaat dalam waktu 3 tahun.

"Awalnya kita melakukan edukasi dahulu berupa mengubah mindset masyarakat. Biasanya masyarakat bergantung pada pemerintah akan bantuan. Dari mengubah mindset, kedua kita mengubah pola perilaku masyarkat dari hidup tidak sehat menjadi sehat," tukas Koesnanto. (Rio/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya