Headline
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
BERANGKAT dari situasi dunia yang masih dilingkupi aksi kekerasan ekstrem, Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum/WPF) Ke-6 pada tahun ini yang berlangsung mulai hari ini hingga 4 November mengusung topik Melawan Ekstremisme Kekerasan: Martabat Manusia, Ketidakadilan Global, dan Tanggung Jawab Bersama.
WPF yang merupakan agenda dua tahunan sejak 2006 yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja sama dengan CDCC dan Cheng Ho Multi-Culture Education Trust yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia, dianggap punya nilai strategis menjadi sebuah forum perdamaian dunia yang menyerukan kehidupan harmonis dalam tema besar Satu kemanusiaan, satu nasib, satu tanggung jawab (One humanity, one destiny, one responsibility).
Sebanyak 112 peserta asing dari 50 negara dan 50 peserta dari dalam negeri akan berpartisipasi dalam pertemuan itu. "Pembukaan akan digelar di Istana Negara. Kemudian untuk acara intinya akan ada enam sesi dengan bahasan yang berbeda-beda," kata Ketua Panitia Penyeleggara WPF Ke-6, Wachid Ridwan, dalam konferensi pers yang digelar di Kantor Center for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC), Jakarta, kemarin (Senin, 1/11).
Ketua Steering Committe WPF Ke-6 yang juga dosen FISIP UI, Chusnul Mariyah, menjelaskan bentuk kekerasan baik verbal maupun fisik merupakan persoalan global yang perlu diselesaikan melalui aksi bersama.
"Ekstremisme kekerasan yang mengatasnamakan agama, etnosentrisme, dan kepentingan politik telah menjadi salah satu ancaman paling berbahaya bagi peradaban dan martabat manusia. Kekerasan mengambil beragam wujud, terutama dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan negara (state violence), dan kekerasan modal (capital violence)," tuturnya.
WPF Ke-6 rencananya dibuka Presiden Joko Widodo dan ditutup Wapres Jusuf Kalla. Peserta forum tersebut antara lain tokoh agama-agama, penentu kebijakan, intelektual, politisi, dan aktivis dari berbagai latar belakang yang dianggap telah terlibat aktif menciptakan perdamaian dunia.
Beberapa tokoh yang akan hadir ialah Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Tan Sri Lee Kim Yew dari Malaysia, mantan PM Timor Leste Xanana Gusmo, Menlu RI Retno Marsudi, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, mantan Menteri Pertahanan Timor Leste Julio Tomas Pinto, Kapolri Tito Karnavian, Shamsi Ali, dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik.
Aktor negara abai
Sejauh ini, upaya melawan ekstremisme kekerasan dinilai belum memuaskan. Ada kesenjangan antara pengetahuan dan pemahaman mengenai faktor penyebab ekstremisme kekerasan dalam konteks ketidakadilan global, yakni kurangnya kesadaran akan dampaknya yang merusak martabat kemanusiaan dan perdamaian positif, juga kurangnya upaya kolektif untuk mencegah, mengatasi, dan menanggapi ekstremisme keke-rasan.
Yayah Khisbiyah, Direktur Program CDCC, menambahkan WPF berupaya menggunakan pendekatan human dignity sehingga ekstremisme kekerasan dapat digali lebih dalam penyebabnya. "Aktor negara sering mengabaikan hal ini," ujarnya.(*/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved