Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bicara Cara Pahami Al-Qur’an, Cendekiawan Muda Muhammadiyah Menjawab

Media Indonesia
03/3/2025 21:32
Bicara Cara Pahami Al-Qur’an, Cendekiawan Muda Muhammadiyah Menjawab
Muhamad Bukhari Muslim.(Dok Muhammadiyah)

CENDEKIAWAN Muda Muhammadiyah, Muhamad Bukhari Muslim, menyoroti fenomena perdebatan umat Islam yang kerap terjebak dalam dikotomi benar dan salah dalam memahami tafsir agama

"Pemahaman agama harus selalu up to date agar tetap sesuai dengan tantangan dan kebutuhan zaman," ujar Bukhari dalam peluncuran bukunya Tafsir dan Hal-hal yang Tak Selesai yang diadakan oleh DPD IMM DKI Jakarta, Minggu (2/3).

Bukhari menegaskan bahwa memahami agama tidak boleh hanya terpaku pada satu tafsir sebagai kebenaran absolut. "Padahal, tafsir lahir dari interaksi manusia dengan teks suci dan realitas zamannya," tambahnya.

Peluncuran buku Tafsir dan Hal-hal yang Tak Selesai ini menjadi upaya Bukhari untuk mengajak umat Islam lebih terbuka dalam memahami substansi ajaran agama. 

Buku tersebut membahas berbagai perspektif tafsir dan pemaknaannya terus berkembang agar tetap relevan dengan perkembangan sosial dan budaya.

"Buku ini saya tulis sebagai ajakan bagi umat Islam untuk lebih terbuka dalam memahami ajaran agama. Tafsir itu tidak berhenti di satu masa, tetapi harus terus berkembang dan agar tetap sesuai dengan zaman dan kebutuhan umat," tandasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Staf Khusus Menteri Agama RI, Faried F. Saenong, menilai bahwa perbedaan tafsir adalah hal yang wajar. Namun, masih banyak umat Islam yang belum terbiasa dengan perbedaan ini dan cenderung menolaknya karena dianggap mengganggu kemapanan yang sudah ada.

"Perbedaan dalam menafsirkan teks suci itu hal yang lumrah. Sayangnya, banyak yang masih menganggapnya sebagai ancaman, padahal justru itu yang memperkaya pemahaman kita," katanya.

Menurutnya, banyak karya yang akhirnya tidak pernah dipublikasikan karena para penulisnya terlalu terpaku pada standar dan idealisme yang tinggi.

"Banyak karya yang akhirnya tidak selesai karena standar dan idealismenya terlalu tinggi. Akhirnya, tidak jadi dipublikasikan," ujarnya.

Faried juga menilai bahwa karya Bukhari merupakan jawaban dari banyak persoalan terkait teks dan penafsiran dalam Islam.

"Karya Bukhari ini menjadi jawaban atas banyak persoalan tafsir yang selama ini masih menjadi perdebatan," tandasnya. (RO/I-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya