Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Pengobatan kanker stadium lanjut masih menjadi tantangan dunia medis. Pengobatannya sulit karena pada stadium lanjut, sel-sel kanker sudah menyebar ke berbagai organ tubuh. Salah satu terapi modern yang memberikan harapan untuk mengatasi masalah tersebut ialah terapi imun. "Terapi kanker, selain memerlukan teknologi diagnosis dan pengobatan yang maju, juga perlu didukung dengan imunitas atau daya tahan tubuh pasien," ujar guru besar dan pengajar alergi imunologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Samsuridjal Djauzi, pada seminar bertajuk Cancer Immunotherapy: Improving Quality of Life by Personalized Approach, yang diselenggarakan AnHo BioPrima di Jakarta, Sabtu (19/10).
Ia menjelaskan sistem imun sangat berpengaruh terhadap perkembangan kanker. Ketika seseorang menderita kanker, hal itu menunjukkan sistem imunnya tidak cukup kuat untuk melawan sel kanker tersebut. Terapi imun ditujukan untuk memperkuat sistem daya tahan tubuh pasien untuk melawan sel kanker. "Kita perlu mengikuti perkembangan imunoterapi sehingga dapat memilih terapi yang efektif dan dapat diterapkan di Indonesia. Dukungan laboratorium diperlukan untuk menerapkan imunoterapi," kata Samsuridjal.
Saat ini terapi imun kebanyakan digunakan bagi penderita kanker stadium lanjut sebab untuk kasus kanker stadium lanjut, efektivitas pengobatan standar seperti operasi, kemoterapi, dan radioterapi masih rendah. Menurut Samsuridjal, Indonesia sangat membutuhkan terapi imun mengingat rata-rata pasien yang didiagnosis kanker sudah mencapai stadium lanjut.
Persiapan matang
Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura sudah menggunakan terapi imun sebagai pengobatan alternatif untuk kanker. Beberapa negara bahkan sudah mematenkan antigen untuk jenis kanker tertentu, seperti kanker pankreas dan kanker paru. Di Belanda, layanan terapi imun disediakan di setiap rumah sakit khusus rujukan kanker.
Untuk menerapkannya di Indonesia, menurut Samsuridjal, dibutuhkan kesiapan sarana prasarana, tenaga kesehatan di bidang terapi imun terapi, dan dukungan biaya yang cukup. Perlu diketahui, terapi-terapi jenis baru termasuk terapi imun belum masuk ditanggung pemerintah dalam program Jaminan Kesehatan Nasional.
"Terutama kesiapan dari ahli kankernya yang akan menentukan mana yang patut diberi dan tidak diberi terapi imun. Ahli ini juga harus dibantu oleh teknisi, saintis, dan teknologi. Karena ini beda dengan kemoterapi yang diinfuskan atau disuntikan. Apalagi, kebanyakan terapi ini memakai zat yang diperoleh dari tubuh penderita kanker itu sendiri," jelasnya.
Dukungan laboratorium juga dibutuhkan karena untuk menjalani terapi imun, seorang pasien harus dilihat kadar imunitasnya. Laboratorium khusus di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta, yang dikelola PT Anho Biogenesis Prima Indonesia dan PT Biogenesis Genome International dapat memfasilitasi pemeriksaan itu. (*/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved