Kisah Kelam di Balik Dinding Pesantren: Kekerasan dan Pelecehan yang Menodai Institusi Pendidikan

PONDOK pesantren sering kali dipandang sebagai tempat menuntut ilmu yang aman, di mana para santri mendalami ilmu agama dan membentuk karakter mulia. Namun, di balik dinding yang terlihat tenang dan penuh ketulusan, ada kisah-kisah kelam yang tak jarang tersingkap. 

Kasus-kasus kekerasan dan pelecehan yang terjadi di lingkungan pesantren mulai mengusik pandangan masyarakat terhadap institusi ini. Tragisnya, korban dari berbagai peristiwa tersebut adalah para santri, anak-anak yang seharusnya mendapatkan bimbingan, perlindungan, dan kasih sayang. 

Kasus-kasus yang terjadi di pondok pesantren

1. Penyiraman air cabai oleh istri pimpinan pondok pesantren di Aceh Barat

Seorang santri pondok pesantren di Aceh Barat disiram air cabai hingga menjerit kesakitan. Video viral yang beredar memperlihatkan seorang santri yang tengah menjerit kesakitan dan menceburkan diri ke dalam bak mandi. Ia merasakan panas akibat air cabai yang di siramkan oleh oknum yang merupakan istri dari pimpinan pondok pesantren tersebut.

Baca juga : Ini Syarat Mendirikan Pesantren 

Santri tersebut diketahui telah mendapatkan hukuman oleh pengurus pesantren karena ketahuan merokok. Setelah mendapatkan hukuman dari pengurus pesantren, pelaku yang merupakan istri pimpinan pondok pesantren menyiram korban dengan air cabai. Akibat hal tersebut keluarga korban melaporkan kasus itu ke Polres Aceh Barat.

2. Penganiayaan Santri di pondok pesantren Sukoharjo

Kasus kekerasan yang dialami santri remaja berinisial AKWP yang berumur 13 tahun terjadi di salah satu pondok pesantren di wilayah Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Kejadian tersebut berawal dari pelaku, MG, 15, meminta rokok kepada korban, namun ditolak kareana alasan tidak mempunyai rokok. Setelah itu MG meminta rokok kepada teman korban dan diberi sebanyak 2 batang hal tersebut membuat pelaku naik pitam hingga memukuli korban dibagian dada dan perut yang mengikabatkan korban meninggal dunia.

Baca juga : Sejarah dan Peran Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Tertua yang Terus Berkembang di Indonesia

3. Pelecehan Seksual di pondok pesantren Tempuran

Pelecehan seksual terjadi kepada empat orang santri pondok pesantren di Kecamatan Tempuran. Kekerasan seksual ini dilakukan oleh pengasuh ponpes yang ber inisial AL. kekerasan seksual itu melibatkan kiai dan empat orang santrinya. Karena ini AL resmi di tetapkan sebagai tersangka dan di tahan di Mapolresta Magelang.

4. Kekerasan Seksual sesama jenis di pondok pesantren Agam, Sumbar

Seorang santri lelaki yang berusia 15 tahun diduga menjadi korban kekerasan seksual sesama jenis oleh kakak tingkat nya. Kekerasan seksual tersebut terjadi di lingkungan pondok pesantren yang bertempat di Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Pelaku mencabuli korban di belakang asrama ponpes tempatnya belajar. korban diancam apa bila tidak menuruti kemauan seniornya itu. Alksi pencabulan ini terjadi sebanyak dua kali. Akibatnya korban melaporkan kejadian ini kepihak yang berwajib.

Baca juga : Santri Indonesia yang Berprestasi di Kancah Internasional

5. Kasus kekerasan di pesantren Al-hanifiyyah

Kematian Bintang Balqis Maulana santri berusia 14 tahun yang meninggal diduga dianiaya rekan. Bintang berpulang setelah diduga mendapat penganiayaan dari sesama santri di Pesantren Al-Hanifiyyah di Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Korban meninggal pada Jumat (23/2/2024), dan diantar pihak pesantren ke kampung halamannya dalam keadaan meninggal dunia.

Awalnya kepada pihak keluarga korban, perwakilan pesantren Al-Hanifiyyah menyatakan korban meninggal karena terpeleset di kamar mandi dan enggan membuka kain kafan. Namun, pihak keluarga yang bersikukuh melihat kondisi jenazah korban, mendapati sejumlah luka lebam dan diduga bekas sundutan rokok di kaki korban. Ternyata korban mengakami kekerasan di dalam pondok pesantren yang dilakukan oleh rekan-rekan dari korban. 

Lima kasus itu hanya sebagian dari sebagian besar kasus yang terjadi di balik dinding Pondok Pesantren. Sebagian besar sudah ditangani secara hukum. Semoga kedepannya tidak ada lagi kasus-kasus seperti itu terjadi lagi. (Z-3)