Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
CUACA belakangan yang panas memancing banyak nyamuk. Orangtua tentunya tidak ingin buah hati mereka digigit nyamuk. Banyak cara yang dilakukan, termasuk penggunaan obat antinyamuk.
Saat ini terdapat banyak jenis obat antinyamuk yang tersedia di pasaran. Namun tidak semua obat antinyamuk aman bagi kulit bayi dan bisa memicu iritasi kulit.
Bayi memiliki kulit yang lebih sensitif, sehingga orang tua perlu berhati-hati menggunakan produk yang bersentuhan dengan kulit bayi, termasuk obat antinyamuk. Beberapa bahan aktif dan dosis tertentu dalam obat antinyamuk mungkin tidak aman bagi bayi.
Baca juga : Pengertian Baby Blues dan Post Partum Disorder, Apa Perbedaannya?
Sebelum bayi berusia 2 bulan, cara terbaik mencegah gigitan nyamuk adalah dengan memakaikan pakaian yang menutupi kulitnya dan menggunakan kelambu. Setelah bayi berusia 2 bulan, orangtua dapat mulai menggunakan obat antinyamuk, baik dalam bentuk losion atau semprotan.
Beberapa bahan yang aman untuk bayi:
Salah satu bahan aktif yang umum dan efektif adalah diethyltoluamide (DEET). Namun, untuk bayi, gunakan obat yang kandungan DEET-nya di bawah 30%. Konsentrasi DEET tidak mempengaruhi efektivitasnya, hanya durasi perlindungannya. Sebagai contoh, produk dengan 10% DEET melindungi selama 2 jam, sedangkan yang memiliki 24% DEET bisa melindungi hingga 5 jam.
Baca juga : Waspada, Bakteri Super Diprediksi Membunuh 39 Juta Orang pada 2050
Selain DEET, picaridin adalah pilihan aman lainnya. Untuk bayi, kandungan picaridin tidak boleh lebih dari 20%. Picaridin lebih tidak berminyak dan tidak berbau dibandingkan DEET, namun dapat mengiritasi mata.
Obat berbahan minyak eukaliptus juga dapat digunakan, terutama karena produk ini alami. Namun, minyak eukaliptus baru aman digunakan untuk anak berusia 3 tahun ke atas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengaplikasikan obat antinyamuk pada bayi adalah:
Jika kulit bayi mengalami iritasi setelah menggunakan obat antinyamuk, segera hentikan penggunaannya dan bersihkan kulit bayi dengan air dan sabun. Jika iritasi berlanjut atau memburuk, konsultasikan dengan dokter. (Alodokter/Z-3)
Susu formula harus diberikan kepada bayi yang mengalami kelainan metabolisme bawaan atau kelainan genetik yang menyebabkan dirinya tidak bisa mencerna ASI.
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Lonjakan kasus Respiratory Syncytial Virus (RSV) memicu kekhawatiran di kalangan medis, khususnya karena virus ini menyerang kelompok paling rentan: bayi dan lansia.
Bingung puting bisa berpotensi menyebabkan masalah termasuk salah satunya menurunkan produksi ASI yang padahal masih dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan.
Pameran yang akan berlangsung selama tiga hari, Rabu hingga Jumat, 20–22 Agustus 2025, ini dikurasi secara khusus untuk menampilkan berbagai produk yang mencerminkan tren global.
Pemberian vaksin RSV pada ibu hamil menunjukan penurunan hingga 72% risiko Bayi alami infeksi paru-paru berat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved