Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Paus Fransiskus Prioritaskan Kaum Marginal dan Terpinggirkan Saat Berkunjung ke Indonesia

Media Indonesia
04/9/2024 10:18
Paus Fransiskus Prioritaskan Kaum Marginal dan Terpinggirkan Saat Berkunjung ke Indonesia
Paus Fransiskus melambaikan tangan kepada masyarakat dari dalam mobil Toyota Innova Zenix saat melintas di Bundaran HI, Jakarta, Selasa (3/9/2024).(MI/Usman Iskandar)

SETELAH mendarat di Indonesia, Selasa (3/9), Paus Fransiskus disambut anak yatim, orang sakit, dan pengungsi di kompleks Kedutaan Besar Vatikan (Nunciatura) di Jakarta Pusat. Dalam acara tersebut, Bapa Suci menyapa kurang lebih 40 orang dari kelompok marginal tersebut.

Kegiatan tersebut berlangsung singkat namun hangat. Dengan menempatkan pertemuan tersebut segera setelah kedatangannya, Paus Fransiskus sekali lagi menunjukkan kepedulian mendalam terhadap golongan yang kerap tidak terdengar dan kurang diperhatikan.

“Di hari pertama, bahkan agenda pertama Sri Paus di Indonesia adalah menyapa orang-orang yang berada di pinggiran eksistensial. Paus selalu menaruh perhatian khusus kepada orang miskin, telantar, pengungsi, dan korban human traffcking,” ujar Indonesia Country Director, Jesuit Refugee Service (JRS) Martinus Dam Febrianto SJ. 

Baca juga : Tiba di Istana Merdeka, Paus Fransiskus Disambut Upacara Kenegaraan

Perhatian Paus Fransiskus  terhadap  kelompok  marginal  telah  ia  tuangkan dalam Evangelii Gaudium tahun 2013, tidak lama setelah beliau terpilih menjadi pemimpin umat Katolik sedunia. 

“Sangat perlu memberi perhatian dan mendekatkan diri kepada bentuk-bentuk baru kemiskinan dan kerentanan, di mana Kristus yang menderita ada di dalamnya dan kita dipanggil untuk mengenali-Nya, bahkan jika upaya untuk mengenali-Nya tampaknya tidak memberi kita manfaat nyata dan langsung,” ujar Paus dalam Evangelii Gaudium 2013.

“Saya berpikir tentang para tunawisma, para pecandu napza, para pengungsi, penduduk asli, dan banyak orang lainnya. Para migran memberikan tantangan khusus bagi saya, karena saya adalah imam dari sebuah Gereja tanpa perbatasan, Gereja yang menganggap dirinya ibu bagi semua.”

“Oleh sebab itu, saya menyerukan kepada setiap negara untuk memiliki keterbukaan yang murah hati yang akan mampu menciptakan bentuk-bentuk sintesis budaya baru tanpa perlu takut kehilangan identitas lokal,” lanjut pemimpin umat Katolik sedunia itu. (RO/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya