Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
KECERDASAN buatan (AI) ternyata dapat membantu dokter mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami masalah jantung yang fatal.
University of Leeds telah berhasil melatih sistem AI yang disebut Optimise, yang mengamati catatan kesehatan lebih dari dua juta orang. Para peneliti menemukannya dalam banyak kasus, pasien memiliki kondisi yang belum terdiagnosis, atau belum menerima obat yang dapat membantu menurunkan risiko mereka.
Dr Ramesh Nadarajah, dari universitas tersebut, mengatakan mencegah memburuknya kondisi sering kali lebih murah daripada pengobatan.
Baca juga : Primaya Hospital Tangerang Bawa Teknologi AI di Fasilitas Cath Lab terbaru
Dari 2 juta data yang dipindai, lebih dari 400.000 orang diidentifikasi memiliki risiko tinggi untuk mengalami gagal jantung, stroke, dan diabetes.
Kelompok ini terdiri dari 74% pasien yang meninggal akibat kondisi yang berhubungan dengan jantung.
Dalam uji coba Optimise yang melibatkan 82 pasien berisiko tinggi, satu dari lima pasien ditemukan memiliki penyakit ginjal kronis berisiko sedang atau tinggi yang tidak teridentifikasi.
Baca juga : UPI Kampus Cibiru Gelar Pelatihan AI untuk Guru di Pangandaran
Lebih dari separuh pasien dengan tekanan darah tinggi diberikan obat yang berbeda untuk mengelola risiko jantung mereka dengan lebih baik.
Pendekatan ini dapat memungkinkan petugas medis untuk mengobati pasien lebih awal dan membantu meringankan tekanan pada NHS, demikian hasil penelitian tersebut.
Dr Nadarajah, seorang peneliti data kesehatan, mengatakan bahwa kematian yang berhubungan dengan jantung sering kali disebabkan oleh berbagai faktor.
Baca juga : Saham Nvidia Turun Akibat Kekhawatiran Investor Terhadap Pertumbuhan yang Melambat
“AI ini menggunakan data yang sudah tersedia untuk mengumpulkan wawasan baru yang dapat membantu para profesional kesehatan memastikan bahwa mereka memberikan perawatan yang tepat waktu untuk pasien mereka.”
Menurut para peneliti, ada rencana untuk melakukan uji klinis yang lebih besar, yang mempresentasikan temuan mereka di Kongres Masyarakat Kardiologi Eropa di London.
“Kami berharap penelitian kami pada akhirnya akan bermanfaat bagi pasien yang hidup dengan penyakit jantung dan peredaran darah, serta membantu meringankan tekanan pada sistem NHS kita,” tambah Dr Nadarajah.
Baca juga : Bethsaida Hospital Hadirkan Layanan Bedah Jantung Minimal Invasif
“Selanjutnya, kami berencana untuk melakukan uji klinis di mana kami memberikan perawatan yang dipimpin oleh dokter kepada pasien.”
Prof Bryan Williams, kepala petugas ilmiah dan medis di British Heart Foundation, yang mendanai penelitian ini, mengatakan bahwa mendiagnosis pasien secara dini adalah kunci untuk mengurangi jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit.
“Seperempat dari semua kematian di Inggris disebabkan oleh penyakit jantung dan peredaran darah dan penelitian baru dan menarik ini memanfaatkan kekuatan teknologi AI yang terus berkembang untuk mendeteksi berbagai kondisi yang berkontribusi terhadap hal tersebut.” (BBC/Z-3)
Ablasi jantung dapat dilakukan untuk mengatasi aritmia dengan detak jantung yang terlalu cepat.
Jika tidak terdeteksi sejak dini, gagal jantung dapat memicu komplikasi yang serius, bahkan menyebabkan kematian.
Universitas Johns Hopkins mengembangkan model AI yang mampu memprediksi risiko kematian jantung mendadak lebih akurat.
Faktor risiko penyakit jantung pada populasi dewasa muda sama dengan mereka yang berusia lebih tua, yaitu obesitas, merokok, diabetes atau kadar gula darah tinggi,
Teknologi AI dan digital sangat penting untuk menutup kesenjangan layanan jantung di Indonesia
Cara tidur seseorang dapat menjadi sinyal awal adanya masalah pada jantung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved