Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Historiografi Dunia Timur

Abdillah M Marzuki
25/9/2016 15:00
Historiografi Dunia Timur
()

BAGI pecinta sejarah, mengimajinasikan masa lalu tentu menjadi hal yang tak terelakkan. Selalu menarik untuk merangkai semua sejarah menjadi bagian utuh, mengumpulkan bagian terserak dan menyatukan kepingan dari semua aspek pembentuk sejarah. Termasuk aspek sosial, kondisi lingkungan, aktivitas ekonomi, kehidupan budaya, dinamika politik, dan perilaku keagamaan. Menengok masa lalu, menjadi lebih mudah jika didukung dengan wacana yang menyeluruh. Jika setuju dengan hal di atas, ada baiknya memperhatikan rupa-rupa Nusantara dalam bingkai kacamata seorang penjelajah asing yang berkebangsaan Portugis dalam tajuk Suma Oriental yang dibuat pada paruh pertama abad ke-16.

Catatan itu terbundel indah dalam judul Suma Oriental Karya Tome Pires: Perjalanan dari Laut Merah ke Cina & Buku Francisco Rodrigues. Buku itu merupakan cetakan ketiga (2016) dari edisi revisi (2015). Sebelumnya, edisi pertama (2014) berjudul Suma Oriental: Perjalanan dari Laut Merah ke Cina & Buku Francisco Rodrigues.

Selain itu, cetakan ketiga dari edisi revisi (2016), terdapat beberapa penambahan foto yang belum masuk pada cetakan sebelumnya. Selain itu juga berbagai kesalahan ketik yang diperbaiki. Secara substasi, baik cetakan pertama sampai cetakan ketiga, tidak ada perbedaan substansial mengenai isi bukunya.

Dalam buku setebal 450 halaman yang diterbitkan Penerbit Ombak, pembaca bakal menemui catatan Tome Pires dan Francisco Rodrigues yang telah berusia setengah milenia. Karya mereka dianggap sebagai yang monumental. Khususnya dalam sejarah perdagangan dan kelautan yang meliputi wilayah Timur Tengah, Nusantara, hingga Tiongkok.

Buku ini terbagi menjadi menjadi 5 buku yang diurutkan berdasar tujuan pelayaran, ditambah buku karya Francisco Rodrigues pada bagian akhir. Buku I Mesir ke Cambay (hlm 7). Buku II Cambay ke Sri Langka (hlm 59). Buku III Bengal ke Indocina (hlm 109). Buku IV Cina ke Kalimantan (hlm 151). Buku V Nusantara (hlm 179). Buku VI Malaka (hlm 296). Lalu, Buku Francisco Rodrigues (hlm 370).

Catatan perjalanan

Buku Suma Oriental terbit pertama kali pada 1944 dalam bahasa Inggris. Buku ini terdiri dari catatan perjalanan Tome Pires dan Francisco Rodrigues yang disunting ilmuwan dan kartografer berkebangsaan Portugal bernama Armando Cortesao. Selain memuat kedua catatan, buku tersebut juga disertai dengan berbagai peta dan ilustrasi yang dibuat Francisco Rodrigues.

Dalam proses penyuntingan, banyak kata-kata, istilah, dan nama tokoh yang sengaja tidak diubah untuk mempertahankan kekhasan tulisan Pires dan nuansa Abad Pertengahan. Meskipun demikian, mayoritas nama tempat diubah dan disesuaikan dengan nama aslinya pada zaman sekarang.

Dalam buku ini, pembaca akan banyak menemukan inkonsistensi penulisan nama tempat, tokoh, barang dagangan, dan lain-lain. Hal tersebut karena kesalahtulisan yang dilakukan Tome Pires. Sebagaimana yang juga dijelaskan Armando Cortesao pada catatan kaki. Selain itu, catatan kaki dalam buku ini hampir seluruhnya ditulis Armando Cortesao. Dalam penulisannya, Armando Cortesao banyak menggunakan sumber-sumber yang ditulis pakar. Terkadang catatan kaki itu berguna untuk menganalisis, mengomentari, mengoreksi, ataupun membenarkan pernyataan Pires maupun Rodrigues.

Selain itu dalam buku ini terdapat juga beberapa kata yang terlihat mendiskreditkan suku bangsa maupun agama tertentu. Karena permulaan zaman pelayaran (age of sail) tersebut memang diwarnai tiga idealisme, yaitu gold, glory, dan gospel, belum lagi semangat reconquista yang mewarnai Semenanjung Iberia. Sehingga makin mengaktualisasi berbagai sentimen bangsa Eropa terhadap bangsa lain. Meski demikian, "Historiografi Asia Tenggara, khususnya Malaysia dan Indonesia tentang periode awai modern sangat berutang budi pada laporan-laporan awal yang ditulis orang-orang Portugis, Italia, dan Eropa Barat lainnya," begitu menurut Dr Sri Margana dalam pengantarnya (hlm XV).

Fakta mengejutkan

Tentu masih banyak fakta-fakta mengejutkan dari catatan Pires yang dapat mendorong penelitian-penelitian yang lebih akurat tentang Indonesia pada masa awal modern. Namun demikian, penting juga rupanya sejauh mana sifat-sifat orientalistik dari Suma Oriental muncul dari sudut pandang Pires. Sebagai contoh ialah penilaian akhir Pires ketika hendak mengakhiri pembicaraanya tentang Jawa.

Sri Margana juga mencatat banyak kesaksian Pires yang menarik, ketika Pires mengungkap kedatangan penyebar agama Islam yang tidak selalu damai. "Sejumlah orang Moor bahkan membangun benteng di sekeliling perumahan tempat mereka tinggal, mengirimkan kaumnya sendiri untuk berdagang dengan jung, membunuh penguasa Jawa, kemudian mengangkat dirinya sendiri sebagai penguasa yang baru. Dengan demikian, mereka berhasil menjadikan diri mereka sebagai penguasa dan mengambil alih perdagangan serta kekuasaan di Jawa (hlm 238).

Menurut Sri Margana, jika kesaksian ini benar, sepenggal paragraf di atas bisa meruntuhkan mitos tentang kehadiran Islam yang damai di tanah Jawa, yang selama ini dipahami dalam historiografi Indonesia (hlm xvii). (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya