Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Metode Belajar belum Tepat

Syarief Oebaidillah
13/9/2016 08:30
Metode Belajar belum Tepat
(Suasana belajar mengajar---ANTARA/ SEPTIANDA PERDANA)

METODE mengajar yang efektif dan kreatif akan sangat membantu peserta didik untuk cepat memahami mata pelajaran di kelas. Untuk itu, para pengajar, khususnya guru, dituntut memiliki metode mengajar yang kreatif dengan memahami neurosains.

Menurut neurosains, kemampuan optimal otak manusia menyerap pelajaran hanya 20 menit pertama, setelah itu kemampuannya menurun.

Direktur Pusat Neurosains Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta Rizki Edmi Edison menyebutkan kebanyakan guru tidak memahami persoalan ini.

Sehingga mereka memberi materi pelajaran di depan kelas lebih dari 50 menit. Padahal kemampuan siswa mendengar rata-rata hanya 20 menit.

"Guru harus dibekali pemahaman ini," ujar Rizki pada seminar bertema, Strategi pembelajaran berbasis neurosains di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Jakarta.

Ia menyarankan, setiap 20 menit penyampaian pelajaran, siswa diberi waktu istirahat dengan diberi tips untuk bergerak, berdiri, atau berjalan keluar kelas, sehingga dalam beberapa menit siswa kembali duduk menerima pelajaran dengan konsentrasi maksimal.

Menurut Rizki, metode pembelajaran serupa juga bisa diterapkan di pendidikan tinggi. "Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Uhamka mulai menerapkan metode hasil riset ilmiah neurosains ini agar mahasiswanya mampu menyerap setiap pelajaran dengan baik. Caranya, satu fokus topik disampaikan setiap 20 menit."

Ia menambahkan, terdapat sejumlah metode untuk meningkatkan fungsi otak, antara lain aktivitas fisik yang akan merangsang hormon tertentu memperbarui sel-sel saraf otak.

Aktivitas itu dapat berupa senam ringan di kelas, berjalan kaki, atau naik-turun tangga secara rutin. Kegiatan itu dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan napas.

"Hasil riset, juga menyimpulkan interaksi dan komunikasi mampu meningkatkan fungsi otak makhluk sosial seperti manusia dan menghasilkan analisis yang lebih baik dibanding jika tidak berinteraksi," cetusnya.

Dalam riset dijelaskan, tikus yang sendirian dan tikus yang berkelompok dalam labirin dengan perlakuan yang sama persis memiliki reaksi berbeda dalam memecahkan masalah. "Tikus yang berkelompok lebih cepat menemukan jalan keluar," ujarnya.

Pemanfaatan riset
Hasil riset lain, manfaat makan pagi juga memberi asupan gizi yang baik kepada otak sebelum beraktivitas. Makan pagi dengan porsi dan asupan gizi yang seimbang mampu meningkatkan fungsi otak.

Menariknya lagi, aktivitas puasa secara rutin akan meregenerasi sel-sel otak, bahkan mampu mengubah bentuk dan ukuran otak, khususnya bagian memori otak sehingga memiliki daya ingat yang lebih baik.

Dalam menanggapi hasil riset tersebut, Rektor Uhamka Prof Dr Suyatno mengatakan pentingnya pemanfaatan hasil riset ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Tanah Air.

"Seperti dalam hasil riset tadi, kreativitas guru dalam strategi pembelajaran terbukti bisa meningkatkan daya serap siswa dalam menerima pelajaran berdasarkan hasil-hasil riset ilmiah neurosains.

"Jadi kemampuan dan kreativitas guru amat penting dalam pelajaran yang baik serta menghidupkan atmosfer positif pembelajarannya," pungkas Suyatno.(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya