Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Seniman Agus Sam Suga Buat Ramayana Versi Nyeleneh

Rifaldi Putra
22/2/2024 21:20
Seniman Agus Sam Suga Buat Ramayana Versi Nyeleneh
Seniman Agus Sam Suga (kanan) dan dosen Universitas Indonesia Dwi Woro Retno saat membahas kisah Ramayana, Rabu (21/2/2024).(MI/ Rifaldi Putra)

KISAH Ramayana yang telah melegenda dan telah dituangkan ke berbagai media, nyatanya tetap saja bisa disajikan lagi dengan cara yang segar, kekinian, dan bahkan, nyeleneh. Itulah yang dilakukan seniman Agus Sam Suga, lewat 400 gambar dalam satu buku berjudul 'Ramayana : Perjalanan Suci Sri Rama'.

 

Dalam Sarasehan Budaya yang digelar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), karya tersebut ditampilkan dan diulas. Selain Agus, hadir pula dosen FIB UI, Dwi Woro Retno yang mengulas karya tersebut.

Baca juga : Tinjau Galeri Batik Bersejarah di Banyumas, Puan Dorong Regenerasi Pembatik

 

Perjalanan Ramayana dimulai dari pengenalan tokoh dibalik pembuat kisah ramayana, yaitu Walmiki. Menariknya Agus menggambarkan sosok Walmiki berdasarkan inspirasinya dari seorang pedagang karpet yang dia temui di Pasar Baru, Jakarta.

 

Baca juga : SIF Luncurkan Buku Tandai Delapan Tahun Beri Kontribusi Sosial Melalui Seni

"Ketika menggambar Mpu Walmiki, saya teringat seorang pedangan karpet di Pasar Baru yang mana dia merupakan orang India. Walmiki inikan kalau yang kita tahu asalnya dari India, nah makannya gambar Walmiki ini saya bikin terlihat seperti orang India. Kemudian di sini ada juga saya gambar sedang duduk diatas karpet," ujar Agus, Rabu (21/2).

 

Masuk semakin dalam, unsur-unsur nyeleneh lainnya Agus masukan kedalam karya seni gambarnya. Salah satunya dia mewujudkan sosok Rahwana yang telihat tampan dan berkarisma, dengan postur tubuh normal. Bila merujuk pada pewayangan Rahwana kerap kali digambarkan seperti raksasa.

Baca juga : Pentas Seni Islam di Devotion Experience Sukses Memukau Masyarakat

 

"Kalau orang-orang pendahulu bilang untuk memperkuat karakter Rahwana yang jahat maka digambarkan sebagai sosok seperti raksasa, tapi didalam interpretasi pemikiran saya, saya melihat Rahwana ini ganteng dan gagah. Kalau istilah saya di jaman sekarang ini Rahwana sepert bad boy lah, sebutnya.

 

Baca juga : Kampanyekan Keragaman Budaya Lokal dengan Tiga Tema Unik

Ada pula Rama yang ditampilkan gundah gulana saat dirinya dilengserkan sebagai seorang raja. Padahal dalam cerita Ramayana karya Walmiki, Rama diceritakan menerima keputusan itu dengan lapang dada. Penafsiran baru ini, menurut Agus, menyesuaikan kondisi saat ini yang hampir mustahil pelengseran diterima orang dengan lapang dada.

 

Masih belum usai, proses penculikan Shinta yang selama ini tidak didetilkan, ditampilkan sebaliknya oleh Agus. Agus menggambarkan penculikan itu dengan keji dan penuh kekerasan.

Baca juga : Menikmati Keindahan Malang: Pesona Alam dan Budaya

 

"Kalau dibuku cuma ditulis shinta diculik Rahwana tapi tidak ada yang berani menulis seperti apa gamabran penculikan, tapi ini saya berani menggambarkan proses penculikan. Saya menggambarkan bahwa Shinta dijambak rambutnya dan Rahwana menyeret Shinta, Lalu Shinta dibawa terbang ke Alengka dengan gambaran yang menyakitkan tangan dan kaki yang dikangkangkan," tutur Agus.

 

Baca juga : Dukung Pengembangan Bakat Anak, The Rising Kids 2023 Sambangi Kota Bandung

Ada pula penafsiran dengan memasukkan unsur adati Nusantara. Itu lewat Mandau, yang merupakan pedang khas Kalimantan, yang menjadi senjata Rahwana.

 

Di akhir cerita, Agus bahkan menambahkan sebuah gambar berwujud Walmiki sedang menceritakan kisah Ramayana kepada Ramabatlawa dan Ramakusiya, anak dari Rama dan Sinta. Di mana pada gambar ini merupakan sebuah cerminan bagaimana Walmiki telah berhasil menyebarkan kisah Ramayana kepada banyak orang hingga menjadi sebuah kisah legenda yang tak terlupakan.

Baca juga : Bunda Mulia School Gelar Acara Musikal Bertema Budaya

 

Disinggung terkait beberapa unsur nyeleneh pada gambar, Agus mengukapkan hal itu dia lakukan agar kisah Ramayana dapat lebih dekat dengan kehidupan saat ini.

 

Baca juga : Festival Budaya Minangkabau di Tanah Datar Sajikan Keunikan Sumbar

"Idenya saya ambil dari mana? itu dari Walmiki, yang kemudian saya hadirkan dari konteks yang dekat dengan kehidupan kita sekarang. dan diimplementasikan dengan seenak-enak saya saja. Sebetulnya ketika kita membaca karya sastra misalnya, itukan suka-suka kita bagaimana memimprentasikan itu di dalam pikiran kita. Dan itulah yang saya lakukan," ucapnya.

 

Menurut Agus tidak ada pakem tertentu dalam sebuah seni, Justru bila seni memiliki pakem tertentu akan menjadi bahaya karena tidak akan relevan lagi dengan kehidupan saat ini. Akibatnya, budaya tersebut dapat hilang. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya