Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KARYA-karya komik dari Marvel dan DC Comics sangat membekas di benak orang-orang awam. Industri tersebut pun hanya di dominasi komikus-komikus di luar negeri. Namun, siapa sangka di antara segelintir, terdapat komikus Indonesia yang mampu menembus industri tersebut.
Christiawan Lie, 41, ialah komikus yang karya-karyanya berhasil menembus industri komik jalur utama di Amerika Serikat (AS).
Salah satunya, ia dipercaya menggarap komik dan action figure fenomenal GI Joe dari perusahaan raksasa Amerika Serikat, Hasbro. Bahkan karyanya, Return to Labyrinth, yang diproduksi Tokyopop Los Angeles pun laku terjual di Amerika hanya dalam dua hari.
Namun, perjalanan Chris Lie, sapaan akrabnya, tidaklah mudah. Lulusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memulai kariernya dari bawah dengan mendirikan studio komik Bajing Loncat di Bandung bersama teman-temannya, tapi tidak bertahan lama.
"Sejak lulus kuliah, saya ingin jadi komikus. Hanya saja di Indonesia tidak ada sekolah bikin komik. Akhirnya saya waktu itu siang kerja jadi arsitek di studio Nyoman Nuarta, Bandung. Tapi malamnya bikin komik sendiri sama temen-temen, kita cetak sendiri, kita jual sendiri, sekitar dua tahun. Setelah itu, ternyata ada respons dari Mizan, Gramedia. Kita mulai ngerjain komik pesanan," kisah Chris di sela acara Popcon 2016 di Jakarta, akhir pekan lalu.
Ia pun pernah mengalami masa-masa sulit di awal karier. Kompensasi yang sangat kecil ternyata tidak menjanjikan. "Itu tahun 2000. Dari situ ada temen bikin website karena lebih menjanjikan," kisah lelaki yang pernah bercita-cita menjadi astronaut ini.
Tekad dan hasrat yang sangat kuat kemudian mengantarkan anak sulung dari 3 bersaudara ini ke Savannah College Art and Design, AS, melalui fullbright scolarship. Di 'Negeri Paman Sam', ia sempat agang kerja di perusahaan komik terkenal Devil's Due Publishing.
Setelah rampung kuliah dengan menyabet lulusan terbaik dalam gelar master, Chris Lie memilih kembali ke Indonesia dan membangun perusahaan komiknya sendiri dengan mendirikan Caravan Studio.
"Ada dua hal, pertama beasiswa yang saya ikuti memang mengharuskan saya pulang. Kedua, saya memang tidak niat tinggal di sana. Industrinya memang di sana, tapi sebenarnya kita bisa mengerjakan dari sini. Kalau di sini, saya bisa ngajak ilustrator yang lain untuk maju. Salah satu janji saya ke pihak yang memberi beasiswa itu saya ingin mengembangkan SDM Indonesia agar maju dan mengerjakan projek luar negeri," ungkap pengagum komikus Jim Lee ini.
Chris juga menambahkan, untuk bisa menembus industri, setiap karya harus mengikuti standar industri. "Setiap perusahaan punya ciri khas masing-masing. Kalau kita ingin superhero, kita harus mengikuti aturan dan standar komik luar seperti Marvel dan DC. Kalau komik kita mengikuti Jepang, kita harus cari perusahaan lain yang sesuai dengan ciri khas karya kita," jelas suami Rennie Setyadharma ini.
Chris melihat saat ini perkembangan industri komik Tanah Air sudah stabil meski belum bisa dikatakan membaik. Ia berharap komik yang merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif bisa terus bertumbuh. "Pembiayaan untuk industri animasi itu cukup besar. Kita tahu ekonomi kreatif tidak hanya animasi, banyak yang lain juga. Mungkin yang bisa dibantu dengan adanya regulasi yang memicu pertumbuhan industri," ujarnya.
Terakhir, ia juga berharap agar lebih banyak karya komik yang diangkat menjadi film dan serial televisi agar mereka yang tidak suka membaca komik bisa menikmatinya melalui medium lain.(Alfi Rahmat Faisal/H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved