Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
BELAKANGAN ini di media sosial beredar informasi terkait bahaya BPA. Jangan khawatir, banyak banyak ahli kimia dan dokter ahli berpendapat bahwa berbagai penelitian belum dapat memastikan secara pasti kaitan BPA dengan berbagai penyakit. Selain BPA yang masuk umumnya berjumlah sedikit, tubuh kita sendiri memiliki mekanisme super canggih untuk mengeluarkan zat zat kimia berbahaya yang secara tidak sengaja masuk ke tubuh.
BPA dan zat lain yang tidak diperlukan oleh tubuh seperti zat pewarna, perisa, pengawet, jika dalam jumlah yang berlebihan akan dibuang oleh tubuh melalui sistem ekskresi melalui ginjal dan air keringat. Jadi, tidak sampai terakumulasi dalam tubuh sehingga tidak akan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan.
Hal ini disampaikan dr. Laurentius Aswin Pramono, M Epid, SpDP-KEMD, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan subspesialis di bidang endokrinologi, metabolisme, dan diabetes yang dikutip dari video viral di jagat maya. "Jadi, kita harus hati-hati terhadap statement atau pernyataan yang tidak menyertakan bukti-bukti yang valid. Dalam berbagai studi tentang BPA, paparan bahan kimia yang tidak kita konsumsi secara sengaja kecil sekali kemungkinan untuk mencapai kadar yang mengganggu kesehatan," ucapnya.
Baca juga: 9 Cara Menghilangkan Flek Hitam di Wajah yang Membandel
Menurutnya, apabila partikel BPA sampai terpapar atau tertelan dalam jumlah yang sangat kecil, tubuh manusia memiliki mekanisme untuk mendetoksifikasi atau mengurainya melalui liver atau hati, dan mensekresikannya melalui ginjal dan air keringat. Jadi, lanjutnya, tidak sampai terakumulasi dalam tubuh sehingga tidak akan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan.
Dia menuturkan batas aman BPA menurut EFSA ialah 4 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Sedang studi menunjukkan bahwa dalam air kemasan kemungkinan paparan BPA sebesar 0,01% atau 1 per 10 ribu. "Artinya, kita membutuhkan 10 ribu air atau galon dalam sekali waktu atau sekali telan untuk bisa mencapai kadar yang tidak aman. Itu sesuatu yang mustahil dan tidak mungkin tercapai," katanya.
Baca juga: Indonesia Target Hapus Total Penggunaan PCBs pada 2028
Dia juga membantah bahwa air kemasan galon guna ulang bisa menyebabkan kemandulan atau infertilitas dan gangguan metabolisme. Menurutnya, penyebab penyakit-penyakit tersebut sangat banyak atau multifaktor dan tidak satu efek saja. Menurutnya, dari paparan zat-zat kimia itu sangat kecil menyebabkan gangguan infertilitas atau gangguan metabolisme. "Jadi, air mineral galon guna ulang aman dikonsumsi," tukasnya.
Sebelumnya, dosen Biokimia dari Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor (IPB) Syaefudin, PhD, mengungkapkan hingga kini belum ada zat kimia pengganti yang lebih aman dari bisfenol A (BPA) untuk pengeras galon berbahan polikarbonat atau galon guna ulang. Dia mengungkapkan BPA yang tidak sengaja dikonsumsi para konsumen dari kemasan pangan akan dikeluarkan lagi dari dalam tubuh. Menurutnya, BPA akan diubah di dalam hati menjadi senyawa lain sehingga dapat lebih mudah dikeluarkan lewat urine.
"Jadi sebenarnya, kalau BPA itu tidak sengaja dikonsumsi oleh tubuh kita, misalkan dari air minum dalam kemasan yang mengandung BPA, yang paling berperan itu ialah hati. Ada proses glukoronidase di hati. Ada enzim yang mengubah BPA itu menjadi senyawa lain yang muda dikeluarkan tubuh lewat urine," katanya.
Selain itu, kata Syaefudin, sebenarnya BPA memiliki biological half life atau waktu paruh biologisnya. Artinya, ketika BPA misalnya satuannya 10 masuk dalam tubuh, selama 5-6 jam akan cuma tersisa 5. "Nah, yang setengahnya lagi itu dikeluarkan dari tubuh. Artinya, yang berpotensi untuk menjadi toksik dalam tubuh itu sebenarnya sudah berkurang," tuturnya. (RO/Z-2)
Kriteria calon residien yang akan menerima transplantasi ginjal ialah mereka yang masuk dalam kondisi gagal ginjal tahap akhir, baik yang sudah atau belum menjalani dialisis.
Obat antinyeri seperti ibuprofen dan allopurinol adalah obat yang sangat merusak ginjal.
Tiga organ yang paling berperan dalam mengatur keseimbangan air dalam tubuh itu adalah otak, jantung, dan ginjal
Beberapa laporan kasus menunjukkan buah belimbing bisa menyebabkan gangguan yang cukup berbahaya, baik pada ginjal yang sudah terganggu maupun yang masih sehat.
PEMPROV DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyiapkan RS-RS yang akan menjadi rujukan untuk menangani pasien anak-anak yang mengalami gejala gagal ginjal akut.
Kasus itu tidak hanya melibatkan perusahaan farmasi saja. Menurutnya, pihak kepolisian harus mampu menganatomi perkara tersebut dengan cermat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved