Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
SEJARAWAN muda Bonnie Triyana dijadwalkan hadir sebagai pembicara dalam Pidato Kebudayaan di Panggung Festival Seni Multatuli di Rangkasbitung, Lebak, Jumat (16/6) mendatang. Informasi itu disampaikan langsung Kepala Museum Multatuli Ubaidilah Muchtar dalam keterangan resmi di hadapan awak media, Selasa (13/6).
Pria yang akrab disapa Ubay itu mengatakan Bonnie Triyana didapuk sebagai pembicara lantaran rekam jejaknya yang kuat dalam memberi perhatian terhadap kehidupan warga marjinal. Hal itu disebutnya sesuai dengan semangat Multatuli yang hidup 2 abad silam dalam membela kepentingan masyarakat yang hidup ditindas oleh Bupati Lebak masa itu.
Ubaidilah menyebut Bonnie Triyana sebagai putera asli Rangkasbitung, Lebak, sehingga diyakini mampu memahami dan menghayati kehidupan masyarakat di wilayah selatan Banten.
Baca juga: Muhadjir Effendy Diharapkan Jadi Jembatan Perbaikan Budaya Indonesia
“Bonnie Triyana adalah putera asli Lebak. Sebagai sejarawan, dia sudah terlalu banyak bicara di forum-forum internasional. Kini saatnya Bung Bonnie kami daulat sebagai pembicara dalam Pidato Kebudayaan di Festival Seni Multatuli di tanah kelahirannya sendiri di Rangkasbitung, Lebak, Jumat (16/6) malam mendatang,” urai Ubaidilah.
Bonnie Triyana sempat membuat heboh karena tulisannya yang berbahasa Belanda mengenai agresi militer ditanggapi secara reaktif oleh sejumlah kalangan di negara yang pernah menjajah Indonesia tersebut.
Baca juga: Omnibus Law Kebudayaan Pintu untuk Pemajuan Budaya Indonesia
Bonnie mengkritik penggunaan istilah ‘Bersiap’ di Belanda yang acap digunakan untuk menggambarkan orang Indonesia yang primitif dan tidak beradab sebagai pelaku kekerasan.
Bonnie dengan tegas membela Indonesia dengan mengungkap fakta-fakta sejarah terkait kekerasan yang pernah terjadi di masa lalu yang justru banyak dilakukan tentara Belanda di era kolonial.
Tidak hanya dilaporkan ke polisi, Bonnie juga hadir di Gedung Parlemen Belanda untuk menjelaskan sikapnya. Di hadapan para anggota parlemen yang sebagiannya diisi partai sayap kanan, Bonnie tidak menggeser sikapnya dalam membela martabat Indonesia.
Perdebatan Bonnie Triyana menghadapi anggota parlemen Belanda dari sayap kanan mengingatkan banyak pihak pada pidato pembelaan Bung Karno di persidangan Landraad, Bandung, dengan tajuk Indonesia Menggugat.
Pada waktu itu, Bung Karno bersama Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata didakwa hendak menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda. Pidato pembelaan Bung Karno menjadi salah satu dokumen politik penting dalam menentang kolonialisme dan imperialisme. (RO/Z-1)
PENELITI senior BRIN Lili Romli menyayangkan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon tentang tidak adanya bukti yang kuat terjadinya pemerkosaan massal pada Mei 1998.
Menurutnya, pengingkaran terhadap peristiwa tersebut adalah bentuk penghapusan jejak sejarah Indonesia.
Proyek penyusunan ulang sejarah Indonesia ini sangat problematik dan potensial digunakan oleh rezim penguasa untuk merekayasa dan membelokkan sejarah sesuai dengan kepentingan rezim.
Pegiat HAMĀ Perempuan Yuniyanti Chizaifah menegaskan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut tidak ada pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa dalam tragedi Mei 1998
Djarot mengatakan penulisan sejarah seharusnya berdasarkan fakta, bukan berdasarkan kepentingan politik. Maka dari itu, ia mengingatkan agar sejarah tidak dimanipulasi.
KETUA DPR RI Puan Maharani menanggapi rencana Kementerian Kebudayaan untuk menjalankan proyek penulisan ulang sejarah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved