Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
ORAGANISASI Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyampaikan dunia akan kekurangan 10 juta tenaga kesehatan (nakes) pada 2030. Kekurangan itu diprediksi terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (middle income country).
Kekurangan itu akibat perkembangan sosial ekonomi negara tersebut. Baik dari pendidikan, pengaturan lapangan kerja, dan retensi di tempat kerjanya, serta juga kinerjanya.
"Jadi, bukan hanya di Indonesia, tetapi berbagai negara lain memang menghadapi masalah keterbatasan tenaga kesehatan ini," kata Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama, Jumat (28/4).
Baca juga: Sikapi Kekerasan terhadap Dokter, Komisi IX DPR Usul Ada Satpam di Tiap Fasilitas Kesehatan
Tjandra mengatakan ada tujuh masalah yang biasa dihadapi di berbagai negara di dunia dan perlu ditangani dengan seksama. Pertama, kurang baiknya pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan.
Kedua, adanya kesenjangan antara pendidikan dengan strategi distribusi penempatan tenaga, yang dihubungkan dengan sistem kesehatan yang ada serta kebutuhan masyarakat. Ketiga, tantangan dalam menempatkan tenaga kesehatan di daerah terpencil dan tertinggal, dengan segala keterbatasan sarana dan prasarananya.
Baca juga: FDSP Dukung RUU Kesehatan dan Tolak Monopoli Organisasi Profesi
"Selanjutya yakni untuk sebagian negara maka masalah yang dihadapi adalah migrasi tenaga kesehatan mereka yang pergi bekerja ke berbagai negara maju sehingga negara asalnya kekurangan tenaga," ujar Tjandra.
Kelima, sebagian negara menghadapi masalah di mana sektor publik tidak dapat menyerap tenaga kesehatan yang tersedia karena keterbatasan anggaran mereka. Keenam, keamanan kerja tenaga kesehatan, seperti yang beberapa kali terjadi di negara kita belakangan ini yang antara lain terjadi di Nabire dan di Lampung Barat.
Terakhir, WHO juga menyebutkan tentang peran sumber daya manusia pada sistem informasi kesehatan untuk menangani masalah pengaturan tenaga kesehatan ini.
"Aspek tenaga kesehatan memang amat kompleks dan untuk mengatasinya perlu kajian yang dalam dan penanganan yang menyeluruh, tidak parsial sifatnya," katanya.
"Masalah pelayanan kesehatan memang punya dimensi yang luas. Perlu analisa mendalam dari situasi dan tantangan yang ada untuk ditemukan program yang tepat," pungkasnya. (Z-3)
BEBAN penyakit pneumonia di Indonesia masih tergolong tinggi, khususnya pada kelompok usia dewasa dan lansia, serta individu dengan penyakit penyerta.
KEPALA Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kamis (26/6), mengatakan bahwa badan tersebut berhasil mengirimkan pengiriman medis pertamanya ke Gaza sejak 2 Maret.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021, 10 penyebab kematian teratas menyumbang 39 juta kematian, atau 57% dari total 68 juta kematian di seluruh dunia.
Kanker hati kini jadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker secara global. Tepatnya peringkat 6 berdasarkan data WHO.
Dalam waktu singkat, lebih dari 5 juta remaja perempuan Indonesia telah menerima vaksin HPV.
HARI Donor Darah Internasional atau World Blood Donor Day jatuh pada tanggal 14 Juni setiap tahunnya. Peringatan tersebut diresmikan sejak tahun 2004 oleh WHO.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved