Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
HARI ini, tanggal 9 Maret diperingati sebagai Hari Musik Nasional yang diambil dari momen kelahiran Wage Rudolf Soepratman, penggubah lagu Indonesia Raya. Seperti apa sosok WR Soepratman?
Berikut ini ulasan Media Indonesia dilansir dari keterangan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Wage Rudolf Soepratman atau yang lebih sering dipanggil W.R. Soepratman lahir Senin Wage, 19 Maret 1903 di Jatinegara, Jakarta. Pada 1914, ia diasuh oleh kakak ipar W.M.Van Eldik (Sastromihardjo) di Mataram. Di sana ia belajar memetik gitar dan menggesek biola.
Baca juga : Hari Musik 2023, Mendikbud Ingin Musik jadi Salah Satu Media Belajar
Pada 1919 WR Soepratman diangkat menjadi guru serta mendirikan Jazz Band, Black and White di Makasar dalam binaan WM Van Eldik hingga 1924. Setelah itu ia ke Surabaya dan ke Bandung untuk menjadi wartawan Surat Kabar “Kaoem Moeda”.
Sebagai wartawan Surat kabar “Sin Po” WR Soepratman rajin mengunjungi rapat-rapat pergerakan Nasional di gedung Pertemuan Gang Kenari Jakarta dan mulai mencipta lagu Indonesia Raya di 1928 silam, bertepatan dengan momen Sumpah Pemuda.
Semula WR Soepratman menciptakan lagu “Indonesia Raya” dengan judul “Indones, Indones, Merdeka, Merdeka” sehingga ia dikejar oleh Polisi Hindia Belanda.
Baca juga : Peringati Hari Musik Nasional 2023, Ini Sejarahnya
Kongres Pemuda-pemuda Indonesia ke II di Jakarta pada tanggal 27-28 Oktober 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda, mengakui lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
Dalam kongres itu dinyanyikan lagu Indonesia Raya dengan iringan gesekan biola W.R. Soepratman. Namun lagu tersebut tetap dilarang untuk dinyanyikan sampai tentara Jepang mengizinkan tahun 1944.
Kemudian, pada 1930-1937 ia berpindah-pindah tempat hingga di tahun 1937 ia dibawa oleh saudaranya ke Surabaya dalam keadaan sakit. 7 Agustus 1938 ketika sedang memimpin pandu-pandu KBI menyiarkan lagu, Matahari Terbit “ di NIROM” Jalan Embong Malang Surabaya ia ditangkap dan ditahan di penjara Kalisosok.
Pada 17 Agustus 1938 (Rabu Wage) W.R. Soepratman meninggal dunia di Jalan Mangga 21 Surabaya tanpa istri dan anak karena memang belum menikah dan dimakamkan di kuburan umum Kapas Jalan Kenjeran Surabaya secara Islam.
“Nasibkoe soedah begini inilah jang disoekai oleh pemerintah Hindia Belanda. Biarlah saja meninggal saja ikhlas. Saja toch soedah beramal, berdjoeang dengan carakoe, dengan bolakoe, saja jakin Indonesia pasti Merdeka,” ucap WR Soepratman dalam pesan terakhirnya.
Makam WR Soepratman berada di Jalan Kenjeran, Desa Rangkah, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Memiliki pagar keliling dengan pintu masuk yang berada di sebelah Timur.
Makam berada di cungkup dengan jirat berbentuk segiempat berukuran P: 280cm, dan T: 40cm. Bagian atas jirat diberi motif biola. Sementara itu, nisan yang ada hanya di bagian kepala dengan bentuk seperti biola dengan ukuran P: 51cm, Tbl: 21cm.
Makam ini merupakan pindahan dari makam W.R. Soepratman sebelumnya yang berada di Makam umum Rangkah yang terletak di depan lokasi makam sekarang. Makam ini diresmikan oleh Presiden Megawati pada tahun 2003.
Berikut adalah Lagu-lagu ciptaannya:
1. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya (1928)
2. Indonesia Iboekoe (1928)
3. Bendera kita Merah Poetih (1928)
4. Bangunlah Hai Kawan (1929)
5. Raden Adjeng Kartini (1929)
6. Mars KBI (Kepandoean Indonesia) (1930)
7. Di Timur Matahari (1931)
8. Mars PARINDRA (1937)
9. Mars Surya Wirawan (1937)
10. Matahari Terbit Agustus (1938)
11. Selamat Tinggal (Belum selesai) 1938.
Terdapat juga buku sastra ciptaan W.R.Soepratman seperti :
1. Perawan Desa (1929)
Buku Perawan Desa disita oleh Polisi Hindia Belanda dan dilarang beredar.
2. Dara Moeda, Kaoem Panatik (1930)
Demikianlah sosok WR Soepratman, komponis kebanggan kita. (Z-4)
Perlu waktu satu dekade hingga akhirnya peringatan Hari Musik Nasional secara resmi ditetapkan pada tanggal 9 Maret 2013 sesuai Keppres No.10 Tahun 2013
PADA peringatan Hari Musik Nasional tahun ini, sederet acara dipersiapkan oleh Kemendikbud-Ristek. Dari Symphonesia hingga Smusik.
Lagu Ibu Kita Kartini ialah salah satu lagu wajib nasional Indonesia yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman.
Lagu Indonesia Raya diperkenalkan di Kongres Pemuda II yang diadakan di Batavia (sekarang Jakarta) pada 28 Oktober 1928.
Tampak keluarga tokoh dari Sumpah Pemuda, yaitu Keluarga Sie Kong Lian, Keluarga W. R. Soepratman, Keluarga Mohammad Yamin, dan Keluarga Leimina.
Maarten Paes memiliki darah Indonesia dari kakek dari garis keturunan ayahnya yang lahir di Pare, Indonesia, 20 Maret 1940 silam.
MDF yang masih duduk di kelas III SMP itu ditangkap polisi di Cianjur, Jawa Barat, Kamis (31/12), pukul 20.00 WIB.
Mahmudi Affan Rangkuti mengatakan generasi senior (baby boomers) harus berperan menelurkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi penerusnya saat ini.
“Melalui Sumpah Pemuda, yang kita kita peringati pada 28 Oktober kemaren kita bias mengambil pelajaran, bahwa musik/lagu, turut menjadi bagian penting dalam sejarah pergerakan nasional."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved