Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Penanganan Arus Mudik 2016 Dinilai belum Memuaskan

Nicky Aulia Widadio
14/7/2016 16:21
Penanganan Arus Mudik 2016 Dinilai belum Memuaskan
(ANTARA)

PENANGANAN arus mudik Lebaran 2016 oleh polisi di area Jawa dinilai belum memuaskan. Lonjakan volume kendaraan di Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) sebagai jalur baru, ternyata tak mampu diantisipasi.

Hal tersebut diketahui dari hasil survei Indonesia Network for Public Service Watch (INPITCH) dan Berdikari Institut mengenai pelayanan polisi selama arus mudik dan balik Lebaran. Survei melibatkan 5.048 responden. Sebanyak 70 persen responden di antaranya merupakan pengguna roda dua dan roda empat, sementara sisanya menggunakan bus atau kendaraan umum.

Survei dilakukan di 16 titik vital arus mudik yang didapat dari data Korlantas Kepolisian Republik Indonesia pada 5 tahun belakangan. Di antaranya adalah Merak, Cikampek, Tegal, Batang, Garut, Cirebon, Tasikmalaya, Banyumas, Kebumen, Semarang, Yogyakarta, Tuban, Pacitan, Magelang, Solo dan Kertosono.

Dari hasil survei tersebut, terlihat bahwa masalah penanganan arus mudik dan balik terdapat pada sinergitas antar kepolisian dan kejelasan informasi yang kurang baik. Dari nilai rata-rata 78,39, nilai sinergitas berada di bawah rata-rata yakni 73,32 dari skala 100. Sementara nilai kejelasan informasi 75,48.

"Sinergitas yang buruk terlihat dari bagaimana petugas di masing-masing wilayah berupaya membuang arus dari wilayahnya tanpa memikirkan dampak arus buangan tersebut. Arus yang datang dari arah Barat (Cikampek) dibuang sesegera mungkin sehingga terjadi penumpukan di wilayah yang lebih Timur, terutama sekitar Brebes," ujar Direktur INPITCH Paring Waluyo Utomo, Kamis (14/7).

Area Tol Cipali, lanjut Paring, menjadi titik terparah dari penanganan arus mudik tahun ini. Sebab, tingginya animo masyarakat di area Bandung, Jawa Barat untuk mudik melalui jalan tol baru tersebut tidak dibarengi oleh kesiapan petugas dalam menanganinya. "Area Brexit (keluar tol Cipali) tidak dilihat sebagai sumber masalah. 16 titik dari Korlantas tersebut diperhitungkan dari data 5 tahun belakangan, sementara Brexit adalah hal baru," jelas Paring.

Menurutnya, antrean kendaraan yang mencapai 30 kilometer di area Brexit bisa diantisipasi jika Korlantas mampu menganalisa lebih awal animo masyarakat untuk melewati Tol Cipali. Kehadiran Tol Cipali berbanding lurus dengan minat masyarakat untuk menggunakan jalur tersebut. Alih-alih memperpendek jalur tempuh, area Brexit justru menjadi masalah baru.

"Ini menjadi evaluasi juga, harus ada koordinasi antara kepolisian dan pemerintah daerah setempat untuk menginformasikan jalur-jalur alternatif dan pemecahan arus di masing-masing wilayah. Dan kalau diantisipasi lebih awal, mungkin infrastruktur untuk evakuasi darurat seperti helikopter juga bisa dipersiapkan lebih baik," tukasnya.

Sementara itu, penanganan lalu lintas di area Cikampek yang telah menjadi langganan kemacetan lalu lintas dari tahun ke tahun justru lebih baik. Angka kepuasan masyarakat ketika melalui area ini, sebesar 82,45 kemudian turun menjadi 79,10 di area Tegal dan 77,32 di area Batang yang merupakan jalur lintas setelah Brebes. (X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya