Senin 26 Desember 2022, 16:42 WIB

Upaya Presiden Jokowi Merawat Toleransi Diapresiasi

mediaindonesia.com | Humaniora
Upaya Presiden Jokowi Merawat Toleransi Diapresiasi

Antara
Presiden Joko Widodo

 

KETUA DPP Partisipasi Kristen Indonesia Ken Norton Hutasoit mengapresiasi komitmen Presiden Joko Widodo alias Jokowi merawat harmonisasi dan kerukunan antarsuku, ras, dan agama. Langkah tersebut merupakan upaya yang dilakukan Jokowi untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut Ken Norton, melalui program moderasi beragama, Jokowi berhasil membuat langkah yang sifatnya fasilitatif. Artinya, Presiden menginginkan kehidupan masyarakat di Indonesia aman, damai tanpa adanya konflik antarumat beragama.

“Yang paling penting sebenarnya Presiden Jokowi mampu membuat aturan-aturan yang berkeadilan dan mendorong dialog untuk mengatasi setiap konflik antarumat beragama,” kata Ken Norton saat dihubungi, Senin (26/12).

Dikatakan kandidat Doktor di Universitas Padjadjaran (Unpad) itu, menciptakan kerukunan antarumat beragama harus disertai dengan komitmen dalam penegakan hukum. Hal itu perlu dipastikan agar ke depan tidak lagi ada aksi kekerasan atas nama agama seperti yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

“Jika seluruh upaya moderasi, fasilitasi, dan aturan yang berkeadilan telah dibuat, tapi masih ada yang melakukan kekerasan atas nama agama, presiden juga harus komitmen untuk penegakan hukum,” ujarnya.

Akademisi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) itu mengutip beberapa data dari lembaga Setara Institute yang mencatat sepanjang 2020, terdapat 200 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan dengan 424 bentuk tindakan. 

Sementara, pada 2021, peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yakni di angka 180 peristiwa. Tetapi, mengalami lonjakan dari 327 tindakan.

Peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan pada 2021 tersebar di 29 provinsi di Indonesia dengan konsentrasi di 10 provinsi utama yaitu, Jawa Barat (39), Jawa Timur (23), Aceh (18), DKI Jakarta (13), Jawa Tengah (12), Sumatra Utara (9), Sulawesi Selatan (8), Daerah Istimewa Yogyakarta (7), Banten (6), dan Sumatra Barat (5). 

Tingginya jumlah kasus di Jawa Barat sangat signifikan jika dibandingkan dengan provinsi lain. Jumlah ini hampir setara dengan jumlah kumulatif kasus di 19 provinsi lainnya, yaitu sebanyak 40, yang terdiri atas Bali (4), Kepulauan Bangka Belitung (6), Riau (4), Kalimantan Barat (3), Kepulauan Riau (3), Lampung (3), Nusa Tenggara Barat (3), Jambi (2), Kalimantan Selatan (2), Papua Barat (2), Gorontalo (1), Maluku (1), Maluku Utara (1), Papua (1), Sulawesi Barat (1), Sulawesi Tengah (1), Sulawesi Utara (1), dan Sumatra Selatan (1).

“Data yang disampaikan Setara Institute bisa digunakan untuk melihat situasi toleransi antarumat beragama dari sisi kuantitatif. Namun, secara kualitatif, kita semua bisa merasakan bahwa upaya pemerintah terus berjalan untuk merawat toleransi antarumat beragama,” ucapnya.

Menurut Ken Norton, meski data kuantitatif begitu tinggi, hal itu tidak bisa menghapus kerja-kerja Presiden Jokowi dalam menghadirkan kerukunan antarumat beragama di Indonesia. 

“Data kuantitatif tidak bisa meniadakan bahwa ada upaya yang terus menerus untuk terus menjaga dan menumbuhkan toleransi antarumat beragama,” jelasnya.

Ken Norton pun berharap pemerintah tidak lelah dalam menghadirkan kerukunan buat masyarakat, melainkan harus terus aktif membuat program-program yang terus menumbuhkan atau membangun toleransi antarumat beragama yang sifatnya mendorong umat yang partisipatif. 

“Program yang langsung menyentuh dan melibatkan warga dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, membuat even atau acara keberagaman yang bisa juga dipadu dengan budaya,” ungkapnya.

Terkait dengan permasalahan rumah ibadah yang sering diributkan, penguji wartawan di Dewan Pers itu menyarankan agar pemerintah membuat zona atau kawasan rumah ibadah di daerah-daerah tertentu yang semangat toleransinya perlu ditumbuhkan. 

“Misalnya, di Cilegon, Banten, Pemerintah perlu membangun satu kawasan rumah ibadah yang di dalamnya ada rumah ibadah untuk Islam, Kristen, Budha, Hindu, Katolik, dan Konghucu,” paparnya.

“Pemerintah juga perlu membuat pertemuan-pertemuan yang langsung mempertemukan warga yang selama ini memiliki gejala intoleran untuk bisa mendorong moderasi saling menghormati antarumat beragama,” sambungnya.

Ken Norton pun mencontohkan toleransi antarumat beragama di kampung halamannya di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, tempat toleransi itu sudah menjadi tradisi. 

“Saat pesta yang diadakan oleh orang Kristen, mereka menyediakan tempat jamuan makan khusus buat tamu yang bergama Islam,” bebernya.

“Kehidupan yang rukun antarumat beragama ini tumbuh dan semakin baik. Kerukunan antarumat beragama ini secara umum memberikan semangat dan optimisme bagi kita untuk tetap bisa menjaga keutuhan umat sebagai ciptaan Tuhan untuk tetap saling menopang dalam situasi sesulit apa pun, termasuk ketika Indonesia menghadapi pandemi covid-19,” tutupnya. (RO/OL-1)

 

Baca Juga

DOK Instagram.

Ide Abu Bakar Al-Miski Lepas dari Rayuan Perempuan Nakal

👤Wisnu Arto Subari 🕔Selasa 30 Mei 2023, 21:02 WIB
Diceritakan tentang orang saleh bernama Abu Bakar Al-Miski. Orang-orang heran kepadanya karena selalu mencium aroma semerbak minyak misik...
MI/Briyanbodo Hendro

Mewujudkan Pemahaman Pentingnya Asupan Gizi Seimbang bagi Keluarga Harus Konsisten

👤Abdillah M. Marzuqi 🕔Selasa 30 Mei 2023, 20:51 WIB
Konsistensi membangun pemahaman terkait pentingnya pemenuhan gizi seimbang dalam keluarga merupakan langkah strategis demi mewujudkan...
Dok. MI

Dampak Mobilitas Sosial, Positif dan Negatif

👤Mesakh Ananta Dachi 🕔Selasa 30 Mei 2023, 20:20 WIB
Maka, orang yang mengalami mobilitas sosial, mengalami perubahan kedudukan dalam aspek status...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya